Inovasi Budidaya Padi Salibu, Strategi Petani Maksimalkan Hasil

  • Bagikan
πΌπ‘›π‘œπ‘£π‘Žπ‘ π‘– π΅π‘’π‘‘π‘–π‘‘π‘Žπ‘¦π‘Ž π‘ƒπ‘Žπ‘‘π‘– π‘†π‘Žπ‘™π‘–π‘π‘’, π‘†π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘’π‘”π‘– π‘ƒπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘– π‘€π‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™π‘˜π‘Žπ‘› π»π‘Žπ‘ π‘–π‘™ (π‘Šπ‘Žβ„Žπ‘Žπ‘›π‘Žπ‘›π‘’π‘€π‘  π‘“π‘œπ‘‘π‘œ)

“Panen dilakukan saat padi berumur 58 hari. Teknik budidaya padi salibu ini sederhana dan tidak rumit, juga terbukti lebih efisien dan murah dibandingkan dengan teknik budidaya padi biasa,” jelasnya.

Petani di Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Tanah Datar, Sumatra Barat juga mulai mengembangkan budidaya padi salibu. Dalam catatan yang ada, mereka bisa melakukan tiga sampai enam kali panen dari sekali tanam.

Menurut Tati, Ketua Kelompok Tani Nagari Tanjung, budidaya padi salibu juga dapat mengurangi biaya produksi hingga Rp2 juta per hektare, sehingga merupakan salah satu inovasi yang bagus untuk memacu peningkatan produksi beras.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan