Indo1.id – Gelombang gravitasi, yang merupakan riak di ruang-waktu yang diprediksi oleh Albert Einstein sejak 1916, telah berhasil dideteksi oleh para astronom untuk pertama kalinya.
Penemuan ini membuka jendela baru untuk mempelajari fenomena-fenomena kosmik yang spektakuler dan misterius, seperti tabrakan antara lubang hitam.
Gelombang gravitasi dihasilkan oleh perubahan kecepatan atau arah dari obyek-obyek masif di alam semesta, seperti bintang, planet, atau lubang hitam.
Gelombang ini meregang dan memampatkan ruang saat mereka bergerak melintasi alam semesta, memengaruhi cara gelombang elektromagnetik atau gelombang radio bergerak.
Para astronom menggunakan instrumen khusus yang disebut interferometer laser untuk mengukur perubahan jarak antara dua titik yang sangat kecil akibat gelombang gravitasi.
Instrumen ini terdiri dari dua terowongan sepanjang empat kilometer yang membentuk sudut 90 derajat.
Di dalam terowongan, ada laser yang dipantulkan oleh cermin di ujungnya.
Jika gelombang gravitasi melewati terowongan, jarak antara cermin akan berubah sedikit, sehingga mengubah pola interferensi dari laser.
Instrumen ini disebut Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory (LIGO) dan terdapat dua lokasi di Amerika Serikat, yaitu di Livingston, Louisiana dan Hanford, Washington.
LIGO telah beroperasi sejak tahun 2002, tetapi baru berhasil mendeteksi gelombang gravitasi pada tanggal 14 September 2015.
Gelombang gravitasi yang dideteksi berasal dari tabrakan antara dua lubang hitam yang masing-masing memiliki massa sekitar 36 dan 29 kali massa matahari.
Tabrakan ini terjadi sekitar 1,3 miliar tahun cahaya dari Bumi dan menghasilkan lubang hitam baru dengan massa sekitar 62 kali massa matahari.
Sisa massa sekitar tiga kali massa matahari dikonversi menjadi energi gelombang gravitasi.