- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Para Astronom Mendengar Paduan Suara Gelombang Gravitasi untuk Pertama Kalinya

  • Bagikan
Ilustrasi atronout mendengar lagu di antariksa. (Foto: instagram @nicebleed)

Indo1.id – Gelombang gravitasi, yang merupakan riak di ruang-waktu yang diprediksi oleh Albert Einstein sejak 1916, telah berhasil dideteksi oleh para astronom untuk pertama kalinya.

Penemuan ini membuka jendela baru untuk mempelajari fenomena-fenomena kosmik yang spektakuler dan misterius, seperti tabrakan antara lubang hitam.

Gelombang gravitasi dihasilkan oleh perubahan kecepatan atau arah dari obyek-obyek masif di alam semesta, seperti bintang, planet, atau lubang hitam.

Gelombang ini meregang dan memampatkan ruang saat mereka bergerak melintasi alam semesta, memengaruhi cara gelombang elektromagnetik atau gelombang radio bergerak.

Para astronom menggunakan instrumen khusus yang disebut interferometer laser untuk mengukur perubahan jarak antara dua titik yang sangat kecil akibat gelombang gravitasi.

Instrumen ini terdiri dari dua terowongan sepanjang empat kilometer yang membentuk sudut 90 derajat.

Baca Juga :  Tutorial Mengecilkan Ukuran File PDF dengan Mudah dan Cepat

Di dalam terowongan, ada laser yang dipantulkan oleh cermin di ujungnya.

Jika gelombang gravitasi melewati terowongan, jarak antara cermin akan berubah sedikit, sehingga mengubah pola interferensi dari laser.

Instrumen ini disebut Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory (LIGO) dan terdapat dua lokasi di Amerika Serikat, yaitu di Livingston, Louisiana dan Hanford, Washington.

LIGO telah beroperasi sejak tahun 2002, tetapi baru berhasil mendeteksi gelombang gravitasi pada tanggal 14 September 2015.

Gelombang gravitasi yang dideteksi berasal dari tabrakan antara dua lubang hitam yang masing-masing memiliki massa sekitar 36 dan 29 kali massa matahari.

Tabrakan ini terjadi sekitar 1,3 miliar tahun cahaya dari Bumi dan menghasilkan lubang hitam baru dengan massa sekitar 62 kali massa matahari.

Baca Juga :  ROG Phone 7: Smartphone Gaming dengan Performa dan Fitur Unggulan

Sisa massa sekitar tiga kali massa matahari dikonversi menjadi energi gelombang gravitasi.

Gelombang gravitasi ini memiliki frekuensi rendah dan berdurasi pendek, hanya sekitar seperempat detik.

Namun, gelombang ini cukup kuat untuk dideteksi oleh LIGO. Para astronom menyebut gelombang ini sebagai “chirp” atau kicauan, karena suaranya mirip dengan burung yang berkicau.

Selain LIGO, ada juga proyek lain yang mencoba mendeteksi gelombang gravitasi dengan cara yang berbeda.

Salah satunya adalah European Pulsar Timing Array (EPTA), yang menggunakan pulsar sebagai jam kosmik.

Pulsar adalah sisa-sisa bintang masif yang meledak dan berputar cepat, mengeluarkan pancaran gelombang radio secara teratur.

Jika gelombang gravitasi melewati antara Bumi dan pulsar, waktu gelombang radio pulsar akan terganggu.

EPTA telah mengamati ratusan pulsar selama lebih dari satu dekade dan baru-baru ini berhasil mendeteksi dengungan langit dari gelombang gravitasi yang berasal dari tabrakan antara lubang hitam supermasif di pusat galaksi.

Baca Juga :  NVIDIA Perkenalkan System Memory Fallback, Yang Dirancang khusus Untuk Stable Diffusion

Gelombang ini memiliki frekuensi lebih rendah dan berdurasi lebih lama daripada gelombang yang dideteksi oleh LIGO.

Dengan mendeteksi gelombang gravitasi dengan frekuensi yang berbeda-beda, para astronom dapat mempelajari lebih banyak tentang sumber-sumbernya dan sejarah alam semesta.

Gelombang gravitasi juga dapat memberikan informasi tentang sifat-sifat ruang-waktu dan teori gravitasi itu sendiri.

Demikianlah artikel berita tentang para astronom yang mendengar paduan suara gelombang gravitasi untuk pertama kalinya.

Penemuan ini merupakan terobosan besar dalam bidang astronomi dan fisika, yang membuka peluang untuk mengungkap rahasia-rahasia alam semesta.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan