- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Teknologi ‘Meredupkan’ Matahari untuk Mendinginkan Bumi: Apa dan Bagaimana?

  • Bagikan
Gambaran cahaya matahari yang redup. (Foto: Nasa)

Indo1.id – Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi ancaman serius bagi kehidupan di Bumi.

Salah satu usulan ekstrem untuk mengatasi masalah ini adalah teknologi untuk ‘meredupkan’ Matahari, yaitu memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa agar Bumi tidak terlalu panas.

Apa itu dan bagaimana cara kerjanya?

Teknologi ini termasuk dalam kategori geoengineering Matahari atau solar radiation modification (SRM), yaitu usaha untuk mengubah keseimbangan energi Bumi dengan mengurangi jumlah radiasi Matahari yang mencapai permukaan.

Tujuannya adalah untuk menurunkan suhu global dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Baca Juga :  Wujudkan Smart City di IKN, PLN Siapkan Jaringan Listrik Terintegrasi Layanan Teknologi Digital

Salah satu metode SRM yang paling banyak dibahas adalah injeksi aerosol stratosfer, yaitu menyemprotkan partikel kecil seperti sulfur dioksida ke lapisan atmosfer bagian atas yang disebut stratosfer.

Partikel ini akan membentuk kabut tipis yang memantulkan sebagian sinar Matahari dan mendinginkan Bumi.

Metode ini terinspirasi dari fenomena alami yang terjadi saat gunung berapi meletus.

Misalnya, saat Gunung Pinatubo di Filipina meletus pada tahun 1991, ia melepaskan jutaan ton sulfur dioksida ke stratosfer.

Baca Juga :  Spek Mibro A2, Jam Tangan Pintar dengan Layar Amoled dan Panggilan Bluetooth

Akibatnya, suhu global turun sekitar 0,5 derajat Celsius selama setahun.

Namun, teknologi ini juga memiliki banyak risiko dan ketidakpastian yang belum diketahui.

Misalnya, dampaknya terhadap pola cuaca, siklus air, ozon, keanekaragaman hayati, produksi pangan, kesehatan manusia, dan konflik geopolitik.

Belum lagi masalah etika, hukum, dan tata kelola yang rumit.

Oleh karena itu, teknologi ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi manfaat dan bahayanya.

Beberapa negara dan organisasi internasional telah menunjukkan ketertarikan untuk mendukung penelitian SRM, termasuk Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca Juga :  Lenovo Legion Go, Perangkat Handheld Gaming dengan Windows 11 dan Layar QHD+

Pada bulan Juli 2023, Gedung Putih merilis laporan tentang geoengineering Matahari yang menyatakan bahwa ada logika yang baik untuk mengeksplorasi teknologi ini.

Laporan tersebut menyerukan penelitian SRM untuk mengukur risiko spesifik dalam penerapan versus jika tidak menerapkannya.

Namun, laporan tersebut juga mengakui bahwa saat ini tidak ada rencana untuk meluncurkan program penelitian komprehensif tentang SRM.

Laporan tersebut juga menekankan bahwa SRM bukanlah pengganti dari upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim lainnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan