Keyakinan akan kutukan ini membuat banyak warga setempat percaya bahwa keadaan lumpur yang kental adalah akibat dari kutukan yang diberikan oleh sang pastor.
Dampak dari kutukan tersebut sangat terlihat dalam pola pemukiman warga. Karena tanahnya selalu lembab, penduduk membangun rumah-rumah di atas panggung kayu besar dengan pondasi yang kokoh.
Seluruh jalan di Kota Agats pun dibangun menggunakan papan kayu.
Kendaraan bermotor seperti mobil tidak dapat masuk ke kota ini, sehingga penduduk hanya mengandalkan sepeda, sepeda motor, dan sepeda motor listrik sebagai alat transportasi.
Meskipun terisolasi dan dianggap ketinggalan dari segi infrastruktur, Kota Agats telah menjadi pusat penting dalam perekonomian Kabupaten Asmat.
Meski olahraga seperti sepak bola biasanya dimainkan di lapangan tanah, di Kota Agats, permainan tersebut harus dilakukan di atas kayu.
Dengan segala keunikan dan mitosnya, Kota Agats tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya Papua.
Sementara misteri di balik kutukan lumpur terus menggoda imajinasi, penduduk setempat terus hidup berdampingan dengan alam yang unik ini, membuktikan kekuatan adaptasi dan keberanian manusia dalam menghadapi tantangan alam yang tak terduga.