- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Banjir Lahar Dingin Semeru Hatam Lumajang,  Jembatan Putus dan Tiga Orang Tewas!

  • Bagikan
Jembatan Kali Regoyo dihantam lahar dingin. (Foto: Tangkapan Layar twitter @partaisocmed)

Indo1.id – Bencana alam kembali melanda lereng Gunung Semeru. Banjir lahar dingin dan tanah longsor menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Jumat (7/7/2023).

Akibatnya, sejumlah jembatan putus, akses jalan terputus, dan tiga orang meninggal dunia.

Salah satu jembatan yang putus akibat diterjang banjir lahar dingin adalah jembatan gantung Kali Regoyo yang menghubungkan Desa Gondoruso dan Desa Pasirian.

Jembatan ini menjadi jalur alternatif bagi warga yang hendak menuju Kecamatan Pasirian.

“Di jembatan Sungai Regoyo Gondoruso terpantau debit air mengalami peningkatan yang sangat besar sehingga meluap di atas jembatan,” kata Kapolsek Pasirian Agus Sugiharto.

Pihak kepolisian melarang masyarakat untuk melintas di jembatan tersebut karena potensi material lahar dingin masih tinggi.

“Kami melarang untuk kendaraan roda 2 dan roda 4 tidak melintas, situasi masih hujan intensitas sedang,” ujarnya.

Selain jembatan gantung Kali Regoyo, jembatan penghubung antara Kabupaten Lumajang dengan Malang juga putus akibat banjir lahar dingin.

Baca Juga :  Hujan Meteor Perseid Menghiasi Langit Indonesia Bulan Agustus 2023

Jembatan ini berada di jalur Curah Kobokan yang merupakan akses utama bagi warga yang ingin menuju Malang.

Banjir lahar dingin juga terjadi di sejumlah sungai yang berhulu di Gunung Semeru, seperti Sungai Glidik, Sungai Sumberwuluh, Sungai Sumberurip, dan Sungai Pronojiwo.

Debit air sungai-sungai tersebut meningkat drastis dan membawa material vulkanik dari puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.

Tidak hanya banjir lahar dingin, tanah longsor juga terjadi di sejumlah titik di Lumajang. Data BPBD Lumajang menyebut, longsor terparah terjadi di jalur Piket Nol, tepatnya di KM 58 Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Material longsor menutup akses penghubung Kabupaten Lumajang dengan Malang. Pihak BPBD Lumajang meminta kendaraan roda empat dan dua untuk tidak melintas dulu.

“Longsor terjadi di sekitaran Jembatan Perak, tepatnya KM 58. Roda dua dan empat belum bisa melewati,” kata Tim Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang Nur Cahyo.

Baca Juga :  Subhanallah , Seekor Kucing Menunjukan Jalan Keluar Ketika Tersesat Dihutan

Dia mengungkapkan, saat ini petugas dibantu Dishub, Satpol PP, TNI-Polri dan sejumlah relawan sedang menangi longsor di kawasan tersebut.

“Sampai saat ini masih longsor, kondisi tanah masih labil, ini kami masih menunggu kondisi yang memungkinkan,” katanya.

Longsor juga dilaporkan terjadi di Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo. Tiga orang yang masih satu keluarga dilaporkan meninggal dunia akibat tertimbun material longsor.

Korban adalah Suwito (45), Sri Wahyuni (40), dan Rizki (12).

Kepala Desa Sumberurip Sutrisno mengatakan, peristiwa longsor terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

“Tiba-tiba ada suara gemuruh dari atas bukit. Ternyata tanah longsor menimpa rumah korban,” katanya.

Sutrisno menambahkan, warga yang mendengar suara gemuruh langsung berusaha menolong korban.

Baca Juga :  Air Terjun Tirto Wening Semarang Jawa Tengah.

Namun, upaya evakuasi terhambat karena material longsor yang tebal dan berat. “Kami kesulitan mengangkat material longsor. Kami butuh alat berat untuk membantu evakuasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB Raditya Jati mengatakan, pihaknya telah menerima laporan tentang bencana alam di Lumajang.

Dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi dan geologi.

“Kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan banjir bandang. Selain itu, juga waspada terhadap potensi bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api, dan lahar dingin,” katanya.

Raditya juga mengingatkan masyarakat untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah dan BPBD setempat dalam menghadapi bencana.

“Jika ada peringatan dini atau imbauan untuk mengungsi, segera lakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” ujarnya.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan