Ilmu Pranoto Mongso, Kalender Pertanian Kearifan Lokal Jawa, Orang Jawa Wajib Tahu!

  • Bagikan
Gambaran orang yang sedang menanam padi. (Foto: freepik)

Tugas petani adalah menyebar benih padi di pembenihan.

– Kapitu: mulai tanggal 23 Desember sampai 3 Februari (selama 43 hari). Ciri-cirinya adalah hujan turun terus-menerus, pohon-pohon berbuah lebat, burung-burung berkicau riang. Tugas petani adalah menanam padi di sawah.

– Kapituwa: mulai tanggal 4 Februari sampai 18 Maret (selama 43 hari). Ciri-cirinya adalah hujan reda sedikit demi sedikit, padi tumbuh subur dan berbulir banyak, burung-burung mencari makan di sawah. Tugas petani adalah menjaga padi dari hama dan penyakit.

Baca Juga :  Mengenal Pranoto Mongso, Kalender Musim Khas Jawa yang Masih Relevan Bagi Petani

– Kasanga: mulai tanggal 19 Maret sampai 10 April (selama 23 hari). Ciri-cirinya adalah hujan semakin jarang turun, padi menguning dan siap dipanen, burung-burung banyak yang mati karena kekurangan makan.
Tugas petani adalah memanen padi dengan hati-hati.

– Kasadasa: mulai tanggal 11 April sampai 3 Mei (selama 23 hari). Ciri-cirinya adalah hujan berhenti sama sekali, padi sudah dipanen dan disimpan di lumbung, burung-burung berpindah tempat mencari makan.

Baca Juga :  Sekilas Klenteng Sam Poo Kong Semarang, Antara Jejak Sejarah dan Kearifan Lokal

Tugas petani adalah membersihkan sawah dari sisa-sisa tanaman dan menyiapkan lahan untuk palawija.

– Desta: mulai tanggal 4 Mei sampai 21 Juni (selama 49 hari). Ciri-cirinya adalah udara panas dan kering, tanah retak-retak, pohon-pohon mengering dan berguguran. Tugas petani adalah menanam palawija yang tahan kekeringan seperti jagung, kacang-kacangan, dan ubi-ubian.

– Sadha: mulai tanggal 22 Juni sampai 21 Juli (selama 30 hari). Ciri-cirinya adalah udara masih panas dan kering, tanah masih retak-retak, pohon-pohon masih mengering dan berguguran. Tugas petani adalah memanen palawija yang sudah matang.

Baca Juga :  Kelahiran Weton Kamis Pon: Arti, Watak, dan Keunikan Menurut Primbon Jawa

Ilmu pranoto mongso ini diyakini masih relevan dan akurat dalam menentukan waktu yang tepat untuk bercocok tanam.

Ilmu ini juga mengandung nilai-nilai filosofi dan etika yang dapat dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat Jawa.

Ilmu ini merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan dan dikembangkan.

Demikian  tentang ilmu pranoto mongso, Semoga bermanfaat.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan