Jejak Sejarah Kisah Pangeran Jayakarta.

  • Bagikan
π‘€π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘š π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘”π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› π½π‘Žπ‘¦π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘Ÿπ‘‘π‘Ž.

Karena mengira Pangeran Jayakarta telah tewas ke dalam sumur tua itu, pasukan Belanda menghentikan pengejaran dan menimbun sumur itu dengan tanah. Melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk kembali, Pangeran Jayakarta dan sisa pengikutnya meneruskan perjalanan ke selatan. Sampailah mereka ke sebuah hutan jati yang lebat.

Lalu mereka membangun basis pertahanannya di wilayah timur Jakarta itu. Pada triwulan III tahun 1619 M, diresmikan dan diberi nama Jatinegara. Yang mempunyai arti : Jati = Setia dan Negara = Pemerintahan. Jadi berarti Pemerintahan yang sejati.

Pada tahun 1620, Pangeran Jayakarta membangun sebuah masjid yang lokasinya berdekatan dengan Kali Sunter. Dahulu sebelum bernama Masjid As-Salafiyah, masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Pangeran Jayakarta.

Dalam perkembangannya, masjid ini rupanya digunakan oleh Pangeran Jayakarta untuk menggalang kekuatan kembali. Berpuluh-puluh tokoh masyarakat dan jawara serta ulama seringkali berkumpul di masjid ini menyusun strategi perjuangan dan dakwah Islam.

Baca Juga :  Rekreasi Antapura De Djati Garut, Ideal Untuk Uji Adrenalin

Pangeran Ahmad Jaketra ketika hijrah hidup sebagai rakyat biasa. Tidak mau membangun istana untuk merahasiakan identitasnya. Maklum sebagai orang yang ditakuti Belanda, dia selalu dikejar-kejar musuh bebuyutannya ini.

Pangeran melarang keturunannya untuk berbahasa Melayu dalam pergaulan antar mereka. Tapi dewasa ini pemuda umumnya sudah tidak bisa berbahasa Sunda.

Pangeran Jayakarta meninggal dunia dan dimakamkan dekat Masjid Assalafiah bersama putranya Pangeran Lahut dan familinya Pangeran Sageri, istri Pangeran Sangiyang yaitu Ratu Rafiah serta Pangeran Suria. Makam Pangeran Sangiyang suami dari Ratu Rafiah yang letaknya kurang lebih 300 meter dari makam Pangeran Jayakarta.

Baca Juga :  Dibalik Jalan Yang Rusak, Ternyata Ada Desa Wisata Keren Di Lampung!

Untuk menjaga identitas dirinya, Pangeran juga melarang keturunannya memberitahukan letak makamnya. Tidak heran kalau makamnya di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur baru diketahui 1956, masa gubernur DKI Sumarno. Jadi makam itu baru diketahui umum setelah 337 tahun dirahasiakan.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan