Rumah adat Mbaru Niang tersusun mengitari batu melingkar yang dinamakan compang sebagai titik pusatnya. Compang merupakan pusat aktivitas warga untuk mendekatkan diri dengan alam, leluhur, dan Tuhan.
Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi dan mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo.
Rumah tradisional ini merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial Suku Manggarai.
Suku Manggarai meyakini lingkaran sebagai simbol keseimbangan, sehingga pola lingkaran ini diterapkan hampir di seluruh wujud fisik desa, dari bentuk kampung sampai rumah-rumahnya.
Desa Wae Rebo pernah menerima Top Award of Excellence dari UNESCO dalam UNESCO Asia Pacific Heritage Awards 2012, yang diumumkan di Bangkok pada 27 Agustus 2012.
Desa ini dikelilingi oleh pegunungan yang indah serta Hutan Todo yang rindang serta kaya akan vegetasi. Di hutan ini, kita dapat menemukan anggrek, berbagai jenis pakis, serta mendengar kicauan merdu dari beragam burung yang membuat suasana menjadi semakin ceria.
Harus diingat ya, tidak ada jangkauan seluler di desa ini, dan listrik hanya tersedia dari pukul 6 hingga 10 malam. Udaranya juga relatif dingin, apalagi di musim kemarau.