Potensi serangan jantung juga mengintai pada ketinggian ini. Everest sendiri memiliki ketinggian hingga 29.000 kaki. Di 4.000 kaki terakhir adalah zona di mana hidup dan mati seorang pendaki ditentukan di sini.
Untuk itu diperlukan fisik yang sangat mumpuni, latihan yang cukup dan persiapan yang sangat matang dari berbagai faktor untuk selamat dari zona kematian atau 4.000 terakhir gunung Everest.
2. Cuaca Dingin yang Ekstrem
Cuaca di Gunung Everest sangatlah buruk. Bahkan dikatakan bahwa cuaca terbaik di Everset pun tetap saja buruk. Potensi untuk terkena penyakit gunung seperti radang dingin, hipotermia hingga pneumonia sangat bisa terjadi. Dan korbannya pun sudah banyak.
Selain itu juga, cuaca ekstrem ini bisa memicu bahaya lainnya seperti longsoran salju yang tiba-tiba jatuh dari atas, hilangnya konsentrasi yang menyebabkan salah pijak, terjatuh dan masih banyak lagi.
Mungkin jika sudah seperti ini, kalian akan kesulitan fokus dengan rute pendakian karena merasakan tubuh yang dingin menyiksa.
3. Tidak Ada Penyelamatan
Dalam pendakian ke puncak Everest, menyelamatkan orang sama saja membahayakan diri sendiri. Semua pendaki merasakan hal yang sama, merasakan kesusahan yang sama, jadi tidak ada waktu untuk menolong orang lain.
Sangat tidak mungkin membawa orang turun ke bawah sementara membawa diri sendiri saja sudah penuh perjuangan.
Sehingga biasanya, orang yang sudah celaka di Everest akan dibiarkan begitu saja dan tak ada penyelamatan. Bahkan setelah tewas pun, tidak dilakukan evakuasi. Hal seperti ini yang biasanya mengguncang mental para pendaki dalam menentukan pilihannya. Ingin lanjut naik atau turun.
Mendaki gunung ini memang memakan banyak uang dan waktu. Banyak yang dikorbankan sehingga rata-rata orang akan merasa rugi jika tidak sampai puncak dan akan melakukan segala cara untuk sampai ke puncak. Mengabaikan kondisi badan dan cuaca yang nantinya hanya akan mengancam keselamatan diri sendiri.
Ada beberapa orang Indonesia yang sudah berhasil sampai ke atap dunia tersebut, mungkin harus belajar sama mereka sebelum nekat naik.








