Mitos dan Amalan Rabu Wekasan, Apakah Sesuai dengan Ajaran Islam?

  • Bagikan
Ilustrasi orang berdoa menyambut Raby Wekasan. (Foto: freepik)

Indo1.id – Rabu Wekasan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah.

Bulan Safar sendiri merupakan bulan kedua dalam kalender Islam, yang berarti kosong atau hampa.

Menurut sebagian masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, Rabu Wekasan adalah hari yang keramat dan penuh dengan musibah.

Oleh karena itu, banyak mitos dan amalan yang berkembang di masyarakat untuk menghindari atau menolak bala pada hari tersebut.

Namun, apakah mitos dan amalan tersebut sesuai dengan ajaran Islam? Dan apa sebenarnya makna dan hikmah dari Rabu Wekasan?

Asal-Usul Rabu Wekasan

Tidak ada sumber sejarah yang pasti tentang asal-usul Rabu Wekasan. Namun, ada beberapa versi yang beredar di masyarakat.

Salah satunya adalah versi yang mengaitkan Rabu Wekasan dengan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti:

Baca Juga :  Kayu Pamrih dan Ringin Sepuh: Kayu Bertuah dalam Mitos Jawa

– Hari wafatnya Nabi Muhammad SAW
– Hari wafatnya Sayyidina Hasan bin Ali RA
– Hari wafatnya Sayyidina Husain bin Ali RA
– Hari wafatnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA
– Hari wafatnya Sayyidah Fatimah Az-Zahra RA
– Hari wafatnya Sayyidina Umar bin Khattab RA
– Hari wafatnya Sayyidina Utsman bin Affan RA
– Hari terjadinya perang Jamal antara pasukan Sayyidina Ali RA dan pasukan Aisyah RA
– Hari terjadinya perang Shiffin antara pasukan Sayyidina Ali RA dan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan RA
– Hari terjadinya perang Karbala antara pasukan Sayyidina Husain RA dan pasukan Yazid bin Muawiyah RA

Versi lain adalah versi yang menghubungkan Rabu Wekasan dengan kepercayaan lokal masyarakat Jawa, seperti:

– Hari turunnya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, dan lain-lain

Baca Juga :  Mitos Menabrak Kucing, Dalam Pandangan Islam Tidak Berhubungan Langsung Dengan Kesialan!

– Hari turunnya bencana kesehatan, seperti wabah penyakit, kematian mendadak, kesurupan, dan lain-lain

– Hari turunnya bencana sosial, seperti perang, kerusuhan, pencurian, pembunuhan, dan lain-lain

– Hari turunnya bencana pribadi, seperti kecelakaan, kehilangan harta benda, perceraian, dan lain-lain

Versi lain lagi adalah versi yang menghubungkan Rabu Wekasan dengan kepercayaan astrologi atau ilmu falak.

Menurut versi ini, Rabu Wekasan adalah hari ketika matahari berada di titik nadir atau titik terendah di langit.

Hal ini menyebabkan energi negatif atau buruk menjadi lebih kuat dan berpengaruh pada kehidupan manusia.

Mitos dan Amalan Rabu Wekasan

Karena diyakini sebagai hari diturunkannya banyak musibah, maka Rabu Wekasan dalam perkembangannya melahirkan banyak mitos-mitos atau kepercayaan tertentu yang diyakini oleh sebagian masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.

Baca Juga :  Mitos Bunga 7 Rupa: Makna, Kepercayaan, dan Penggunaannya dalam Ritual

Mitos yang diyakini antara lain adalah:

– Tidak boleh menikah pada hari itu, karena akan berakhir dengan perceraian atau kematian salah satu pasangan

– Tidak boleh berhubungan intim pada hari itu, karena akan menyebabkan anak yang lahir cacat atau tidak berbakti

– Tidak boleh bepergian jauh pada hari itu, karena akan mengalami kecelakaan atau tersesat

– Tidak boleh memotong rambut atau kuku pada hari itu, karena akan memotong rezeki atau umur

– Tidak boleh membeli barang-barang tertentu pada hari itu, seperti pisau, gunting, jarum, benang, atau kain hitam, karena akan membawa sial atau malapetaka

Untuk menghindari atau menolak bala pada hari itu, maka sebagian masyarakat juga melakukan berbagai amalan atau ritual tertentu, seperti:

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan