Karena diyakini sebagai hari diturunkannya banyak musibah, maka Rabu Wekasan dalam perkembangannya melahirkan banyak mitos-mitos atau kepercayaan tertentu yang diyakini oleh sebagian masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.
Mitos yang diyakini antara lain adalah:
– Tidak boleh menikah pada hari itu, karena akan berakhir dengan perceraian atau kematian salah satu pasangan
– Tidak boleh berhubungan intim pada hari itu, karena akan menyebabkan anak yang lahir cacat atau tidak berbakti
– Tidak boleh bepergian jauh pada hari itu, karena akan mengalami kecelakaan atau tersesat
– Tidak boleh memotong rambut atau kuku pada hari itu, karena akan memotong rezeki atau umur
– Tidak boleh membeli barang-barang tertentu pada hari itu, seperti pisau, gunting, jarum, benang, atau kain hitam, karena akan membawa sial atau malapetaka
Untuk menghindari atau menolak bala pada hari itu, maka sebagian masyarakat juga melakukan berbagai amalan atau ritual tertentu, seperti:
– Berpuasa tiga hari berturut-turut, yaitu pada hari Senin, Selasa, dan Rabu
– Sholat empat rakaat dengan membaca surat-surat tertentu, seperti Al-Fatihah, Al-Kautsar, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas
– Menggelar selamatan atau kenduri dengan menyajikan makanan-makanan tertentu, seperti nasi kuning, tumpeng, ketupat, opor ayam, dan lain-lain
– Mengadakan ziarah ke makam-makam keramat atau tempat-tempat yang dianggap sakral, seperti masjid, pesantren, atau punden
– Membaca doa-doa tertentu, seperti doa tolak bala, doa nurbuat, doa hizib nawawi, atau doa-doa lainnya
Tinjauan Islam terhadap Rabu Wekasan
Dari segi Islam, tidak ada dalil yang kuat yang menyebutkan bahwa Rabu Wekasan adalah hari yang istimewa atau berbeda dengan hari-hari lainnya.
Tidak ada pula dalil yang menyebutkan bahwa pada hari itu akan terjadi banyak musibah atau bencana.