Ketika Nabi Muhammad SAW lahir, Aminah mengutus seseorang untuk mengabarkan tentang kelahiran anaknya kepada Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.
Abdul Muthalib sangat senang dengan kelahiran cucunya itu. Ia membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Ka’bah untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah SWT.
Ia juga memberikan nama “Muhammad” kepada cucunya itu, yang berarti “yang terpuji”.
Abdul Muthalib kemudian menyerahkan bayi Nabi Muhammad SAW kepada Halimah as-Sa’diyah, seorang wanita dari suku Bani Sa’ad yang menjadi ibu susu Nabi Muhammad SAW.
Hal ini dilakukan sesuai dengan tradisi bangsa Arab pada waktu itu, yaitu menitipkan anak-anak mereka kepada wanita-wanita di pedesaan untuk disusui dan diasuh agar mendapatkan udara segar dan kesehatan yang baik.
Halimah mengasuh dan menyusui Nabi Muhammad SAW selama dua tahun.
Ia merasakan banyak keberkahan dan kemuliaan dari anak asuhnya itu. Ia juga menyaksikan banyak keajaiban dan keistimewaan dari Nabi Muhammad SAW sejak kecil.
Misalnya, ia melihat cahaya yang menerangi rumahnya saat membawa pulang Nabi Muhammad SAW, ia melihat susunya yang melimpah padahal sebelumnya ia susah mendapatkan air susu, ia melihat hewan-hewan ternaknya yang subur dan gemuk padahal sebelumnya ia sering kelaparan, dan lain-lain.
Setelah dua tahun bersama Halimah, Nabi Muhammad SAW dikembalikan kepada ibunya, Aminah.
Namun, Aminah tidak lama menikmati kebersamaan dengan putranya itu.
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun, Aminah meninggal dunia ketika dalam perjalanan pulang dari Yatsrib setelah mengunjungi makam suaminya.