Ia merasakan banyak keberkahan dan kemuliaan dari anak asuhnya itu. Ia juga menyaksikan banyak keajaiban dan keistimewaan dari Nabi Muhammad SAW sejak kecil.
Misalnya, ia melihat cahaya yang menerangi rumahnya saat membawa pulang Nabi Muhammad SAW, ia melihat susunya yang melimpah padahal sebelumnya ia susah mendapatkan air susu, ia melihat hewan-hewan ternaknya yang subur dan gemuk padahal sebelumnya ia sering kelaparan, dan lain-lain.
Setelah dua tahun bersama Halimah, Nabi Muhammad SAW dikembalikan kepada ibunya, Aminah.
Namun, Aminah tidak lama menikmati kebersamaan dengan putranya itu.
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun, Aminah meninggal dunia ketika dalam perjalanan pulang dari Yatsrib setelah mengunjungi makam suaminya.
Aminah dimakamkan di Abwa’, sebuah tempat antara Makkah dan Madinah.
Nabi Muhammad SAW pun menjadi yatim piatu. Ia kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang sangat menyayangi dan melindungi beliau.
Namun, Abdul Muthalib juga tidak lama hidup bersama Nabi Muhammad SAW.
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia delapan tahun, Abdul Muthalib meninggal dunia karena sakit.
Ia dimakamkan di pemakaman Hunain di Makkah.
Nabi Muhammad SAW kembali kehilangan orang yang dicintainya.
Ia kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, yang merupakan saudara ayahnya. Abu Thalib menganggap Nabi Muhammad SAW sebagai anaknya sendiri dan membantunya dalam berbagai hal.
Ia juga mendukung Nabi Muhammad SAW ketika beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT.
Demikianlah kisah haru kelahiran Nabi Muhammad SAW, anak yatim yang menjadi cahaya dunia.
Kisah ini mengajarkan kita tentang betapa besarnya cobaan dan ujian yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW sejak kecil.
Namun, dengan bantuan dan pertolongan Allah SWT, beliau mampu melewati semua itu dengan sabar dan ikhlas.
Kisah ini juga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita.








