Indo1.id – Masyarakat sering menyaksikan pernikahan adat Jawa dengan segala keindahannya, namun seringkali kurang memahami makna mendalam di balik setiap elemen yang ada di dalamnya.
Beberapa simbol dalam pernikahan Jawa termasuk janur kuning melengkung, pohon pisang, dan kembar mayang, yang mengandung makna filosofis yang mendalam.
Istilah “sebelum janur kuning melengkung” sering digunakan oleh pasangan yang sedang kasmaran, mengindikasikan kesempatan untuk mendapatkan hati sang pujaan sebelum ikatan pernikahan terjalin.
Janur kuning melengkung biasanya diletakkan di depan gerbang masuk menuju acara resepsi, menjadi tanda bagi keluarga yang memiliki hajat.
Namun, dalam tradisi Jawa, janur kuning memiliki makna yang dalam.
Kata “Jan” berasal dari kata “Jannah” atau surga, “Nur” dari Bahasa Arab yang berarti cahaya, dan “Ning” atau “Wening” yang berarti suci.
Hal ini mengingatkan pengantin akan Tuhan yang Maha Suci dan pemilik surga, serta menggambarkan ikatan suci yang diharapkan akan menerangi rumah tangga mereka.
Pohon pisang, yang juga sering ada dalam pernikahan Jawa, menjadi simbol harapan bahwa pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup, sebagaimana pohon pisang hanya berbuah satu kali.
Kembar mayang atau kembang mayang, yang sering ditemui dalam pernikahan Jawa, memiliki bentuk yang sama dan melambangkan penyatuan dua individu dalam wadah rumah tangga.
Janur yang dibentuk dengan berbagai bentuk juga memiliki filosofi tersendiri, mengingatkan akan Tuhan Yang Maha Kuasa atau menyiratkan petuah dari orang-orang di sekitar.
Penting untuk dicatat bahwa penyebutan “kembar mayang” digunakan untuk pasangan yang sama-sama belum pernah menikah, sementara “kembang mayang” digunakan untuk pengantin perempuan yang belum pernah menikah dengan pria yang sudah pernah menikah atau duda.
Dalam semua simbol ini, terkandung harapan untuk perjalanan pernikahan yang suci dan indah.