Namun, ia tidak berhasil menemukan jejak ayahnya. Sebab, menurut mitos, Prabu Siliwangi telah berubah wujud menjadi seekor macan putih atau maung sancang.
Demikian pula para pengiringnya yang berubah menjadi macan-macan lainnya.
Sebelum berubah wujud, Prabu Siliwangi sempat menorehkan sebuah kalimat pada kulit sebatang pohon kaboa dengan menggunakan pisau pangot.
Kalimat tersebut berbunyi: “Kaboa panggih, kaboa moal; tapak lacak kaula ku anak incu”. Artinya: “Kaboa bertemu, kaboa tidak; jejak kaki saya oleh anak cucu”.
Kalimat ini menjadi pesan terakhir Prabu Siliwangi kepada anak cucunya agar tidak mencari-cari dirinya lagi.
Mitos tentang Prabu Siliwangi di hutan Leuweung Sancang masih dipercaya oleh banyak orang hingga kini.
Hutan ini dianggap sebagai tempat keramat yang harus dihormati dan dijaga. Banyak orang yang datang ke hutan ini untuk berziarah, bermeditasi, atau mencari ilmu gaib.
Namun, ada juga orang yang mengaku melihat penampakan macan putih atau mendengar suara harimau mengaum di hutan ini.
Leuweung Sancang adalah hutan keramat yang menyimpan mitos Prabu Siliwangi. Mitos ini menceritakan tentang hilangnya raja terakhir Kerajaan Padjajaran yang berubah wujud menjadi macan putih di hutan ini.
Mitos ini menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi merupakan sosok yang sangat berpengaruh dan disegani oleh masyarakat Sunda.
Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang mitos hutan Leuweung Sancang?