“Hingga apabila ia sampai di antara dua bukit, ia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, ‘Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dia berkata, ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan antara kamu dan mereka suatu benteng. Berikanlah kepadaku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah rata di antara kedua sisi gunung itu, berkatalah ia, ‘Tiuplah (api).’ Hingga apabila besi itu menjadi (merah) seperti api, ia berkata, ‘Berikanlah kepadaku tembaga yang mendidih, agar aku tuangkan ke atas besi itu.’ Maka mereka tidak sanggup menaikinya dan mereka tidak sanggup (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata, ‘Ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar’.” ( QS al-Kahfi: 92-98 )
Dari ayat-ayat ini, kita dapat mengetahui beberapa hal:
– Penjara dzurkanaen bukanlah nama yang disebutkan dalam Al-Quran, melainkan nama yang diberikan oleh orang-orang yang meyakini mitos ini. Nama yang digunakan dalam Al-Quran adalah radm (benteng) atau sadd (dinding).
– Penjara dzurkanaen bukanlah penjara dalam arti sebenarnya, melainkan suatu benteng yang dibangun untuk mencegah Ya’juj Ma’juj keluar dari tempat mereka. Mereka tidak ditahan atau dikurung di dalamnya, melainkan terhalang olehnya.