Meski pada awalnya bledeg tersebut mengancam nyawanya, namun Ki Ageng Selo melepaskannya karena merasa kasihan.
Nah, lukisan yang masih selesai pada bagian kepala itulah yang kemudian dijadikan sebagai hiasan pintu utama Masjid Demak saat itu.
Namun, kisah sejarah pintu bledeg yang lain adalah bahwa pintu petir tersebut hanyalah sebuah kiasan. Kiasan yang melambangkan nafsu dan angkara murka yang ada pada setiap manusia.
Sehingga, sebelum manusia melaksanakan salat dan mendekatkan diri pada Ilahi, harus bisa menghilangkan sifat jahat dan angkara yang dilambangkan dengan bledeg tersebut.
Pintu Bledeg bukanlah satu-satunya peninggalan bersejarah yang ada di Masjid Agung Demak.
Masjid ini juga memiliki Soko Majapahit, yaitu delapan tiang penyangga yang merupakan hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi kepada Raden Patah.
Selain itu, ada juga Surya Majapahit, yaitu gambar hiasan segi delapan yang merupakan lambang Kerajaan Majapahit.








