Mitos Batu Hitam di Sukabumi: Kisah Misteri di Pertigaan Jalan

  • Bagikan
Batu Hitam di Sukabumi. Foto: Sukabumi Update.

Indo1.id – Sebuah keberadaan yang menarik perhatian terletak di pertigaan Jalan Stadion, Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.

Di sana, sebuah batu hitam besar berdiri kokoh, menghadap pengendara yang melintas di jalan tersebut.

Meski hanya sebuah batu, keberadaannya memiliki cerita yang menarik dan terbungkus dalam aura misteri.

Batu hitam itu, dengan diameternya sekitar satu meter dan tinggi lebih dari 50 sentimeter, memancarkan daya tariknya yang khas.

Baca Juga :  Mitos Pasar Setan: Misteri Transaksi Gaib di Gunung Lawu!

Namun, tak seperti monumen atau tugu pembatas jalan biasa, bentuknya tidak beraturan, menambah kesan keunikan.

Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa batu ini telah berada di lokasinya sejak puluhan tahun silam, bahkan sebelum pembangunan Stadion Suryakencana.

Saat stadion dibangun, upaya untuk memindahkan atau menggeser batu tersebut telah dilakukan, namun gagal, bahkan dengan menggunakan alat berat.

Ketua Yayasan Dapuran Kipahare, Irman Firmansyah, menjelaskan bahwa batu tersebut terbentuk dari proses geologi saat Gunung Gede memuntahkan lavanya, membentuk batuan andesit.

Baca Juga :  Mitos Raja Brawijaya dan Misteri Gunung Lawu: Kisah Mistis di Puncak Jawa Tengah

Menurutnya, batu tersebut merupakan bagian dari lemparan vulkanik Gunung Gede yang mencapai daerah lereng Kota Sukabumi.

Meski Irman tidak dapat memastikan sejak kapan batu itu berada di tengah jalan, namun mengacu pada letusan Gunung Gede, batu tersebut diperkirakan memiliki usia ribuan tahun.

Dalam perkembangan waktu, masyarakat setempat mulai membentuk kebudayaan, termasuk kepercayaan animisme yang menganggap batu memiliki roh yang harus dihormati.

Baca Juga :  Mitos Burung Puter, Si Kicau Malam yang Dipercaya Membawa Rezeki

Mitos tentang batu hitam tersebut pun mulai tersebar di masyarakat.

Salah satu mitos yang menarik adalah tentang penunggu batu yang menyerupai ular besar tanpa kepala. Kisah ini menjadi simbol kebahayaan, membuat orang-orang enggan untuk memindahkan atau mengganggu batu tersebut.

  • Bagikan