Ngendit itu seperti ada semacam garis di pinggang yang menurut marwah para ulama diberi garis hitam, itu melambangkan mengikat nafsu dan amarah.
Ngeden, ya badan, ekor, leher, kaki itu kaku, bulunya juga kaku menghadap ke atas yang melambangkan menahan sikap waktu bulan puasa. Terus ada ngendog atau bertelur di bawahnya, yang artinya semua ibadah itu akan menghasilkan yang baik,
Warak mainan ini sangat disukai anak-anak. Makanya para perajin membuatnya lebih banyak.
Dalam versi yang lain menurut berbagai literatur, warak punya kepala berbentuk naga. Ini juga merupakan sebuah akulturasi budaya. Sebab di Semarang pada perkembangan selanjutnya juga hidup masyarakat etnis Tionghoa.
Sebagian dari mereka juga muslim. Maka warak pun menjadi simbol perpaduan tiga budaya. Yaitu Arab, Jawa, dan Tionghoa.
Bahan utama yang dipakai adalah kertas dan kayu, untuk membentuk badan dipakai kertas kardus, dan kerangkanya memakai kayu bekas kotak.
Semuanya dirangkai membentuk replika binatang warak. Untuk bulu-bulunya, bahan yang dipakai adalah kertas minyak.
Pesanan warak sesuai permintaan. Baik ukuran, bentuk, warna, dan variasi hiasan. Harganya menyesuaikan pesanan.