Indo1.id- Akademisi Universitas Indonesia (UI) Prof. Rhenald Kasali ungkap, ia sering kali mendapatkan banyak keluhan dari orangtua yang anak nya tergila-gila bermain game.
Bahkan jika dibiarkan, sehari bisa lebih dari enam jam. Sementara itu, mengerjakan PR sekolah atau belajar, sulitnya minta ampun.
“Begitu pula ketika tiba waktunya untuk berangkat les, anak-anak kehilangan semangat. Mereka memang berangkat, tetapi gairahnya redup. Mereka pergi hanya untuk memenuhi keinginan orangtua,” tulisy di bukunya, Strawberry Generation.
Menurutnya, sebagian besar orangtua selalu mengaitkan main game dengan prestasi anak-anak di sekolah. Katanya, akibat terlalu sering main game, rapor anak-anaknya menjadi biasa-biasa saja,
“Mungkin bukan yang terjelek, tetapi jelas bukan yang terbaik. Bukan juara pertama,” jelasnya
Bukan hanya itu, orangtua juga sering kali cemas atas kesehatan mata dan obesitas. Benar, terlalu lama menatap layar komputer bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mata dan gerakan anak.
“Oleh karena itu, banyak orangtua yang melarang anak-anaknya bermain game atau membatasinya hanya pada hari-hari libur dan jumlah jamnya dibatasi,” jelasnya.
Namun, lanjut dia, tidak sedikit orangtua yang tidak peduli. Mereka membiarkan anak-anaknya bermain game seharian.
“Alasannya, supaya anak-anak tidak mengganggu aktivitas orangtua yang mungkin sedang asyik menonton TV, membaca buku atau koran, ngobrol, atau bekerja,” ujarnya.