“Karena waktu itu logo dan maskot belum di launching, saya melalui PSSI diminta untuk diingatkan jangan bicara dulu tentang persiapan. Tunggu launching maskot dan logo. Itu saja dan hal tersebut bukan melanggar etika dalam statuta FIFA. Mereka cuma kasih tahu, tolong sabar dulu, jangan bicara apa-apa dulu,” sambungnya.
Zainudin Amali meyakini apa yang dilakukannya dulu bukanlah sebuah pelanggaran etik. Ia kembali tekankan, bahwa batalnya Indonesia jadi tuan rumah lebih karena Israel yang dikhawatirkan akan mengganggu keamanan nasional jika tetap diizinkan datang.
“Kalau pelanggaran etika kan ada dalam
Amali yakni apa yang dilakukannya dulu bukanlah sebuah pelanggaran etika. Batalnya Indonesia jadi tuan rumah lebih karena Israel yang dikhawatirkan akan mengganggu keamanan nasional jika tetap diizinkan datang.
“Kalau pelanggaran etika kan ada dalam statuta FIFA. Jadi alasannya karena situasi kita yang panas menolak Israel, bukan karena saya dianggap melanggar etika. Dan itu kejadian tahun 2000. Apalagi diminta untuk lobi-lobi pindahkan Israel main ke Singapura,” tutupnya.