Indo1.id – Pandangan global terhadap ekonomi Indonesia sangat positif. Fakta ini ditegaskan oleh indeks credit default swap (CDS) Indonesia yang tetap stabil di angka 0,92.
Hal ini bahkan terjadi di tengah kebijakan suku bunga acuan yang agresif di berbagai negara maju dalam setahun terakhir.
“Penilaian terhadap kestabilan ekonomi Indonesia yang memiliki kinerja yang baik tercermin dalam indeks credit default swap Indonesia yang stabil di 0,92,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN secara virtual, dikutip pada Selasa, 23 Mei 2023.
Menurut situs web Kementerian Keuangan, CDS adalah perjanjian antara penjual dan pembeli CDS yang melibatkan pembayaran premi tetap (fixed premium) selama periode tertentu (maturity) dan kompensasi tertentu jika terjadi kejadian kredit. Dengan kata lain, CDS merupakan bentuk perlindungan atau asuransi terhadap risiko kredit (credit event).
Rupiah Terus Menguat Terhadap Dolar AS
Pandangan positif dunia terhadap Indonesia juga diperkuat oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Sejak awal tahun ini (year to date/ytd), rupiah mengalami apresiasi sebesar 4,2 persen terhadap mata uang negara Paman Sam.
“Kenaikan nilai tukar ini juga mengonfirmasi bahwa kestabilan makroekonomi, pemulihan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi memberikan keyakinan yang kuat terhadap perekonomian Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Penguatan nilai tukar rupiah ini juga berdampak pada perkembangan pasar obligasi Indonesia. Hingga saat ini, arus modal masuk mencapai Rp59,07 triliun, dengan Rp4,16 triliun di antaranya masuk pada bulan April 2023.
Selain itu, kepemilikan asing dalam Surat Berharga Negara (SBN) pada bulan Mei 2023 meningkat dari 14,36 persen menjadi 15,2 persen. “Ini tentu merupakan faktor yang menstabilkan, karena pada saat yang sama kepemilikan SBN masih berada di sektor perbankan yang telah melakukan aktivitas pemberian pinjaman,” tambahnya.
“Selisih yield mata uang lokal Indonesia dengan US Treasury 10 tahun mengalami penurunan sebesar 274 basis poin. Angka ini sangat rendah jika dibandingkan dengan situasi pada bulan Januari yang lalu, di mana selisihnya antara yield mata uang lokal 10 tahun dengan US Treasury 10 tahun mencapai 474 basis poin,” sambungnya.
Sementara itu, di pasar saham, Indonesia berhasil menarik arus modal masuk senilai Rp23,29 triliun sepanjang tahun ini.
