“Kita tidak tahu apakah cawe-cawe itu melanggar atau tidak. Tapi justru karena itulah kita mempertanyakan kenapa presiden mesti cawe-cawe. Menjadi pertanyaan juga apa yang perlu dikhawatirkan sehingga presiden harus cawe-cawe,” tambahnya.
Syarief berharap bahwa Jokowi dapat menghormati hak konstitusional setiap calon untuk maju dalam Pilpres 2024. Ia juga berharap bahwa Jokowi dapat menghargai program-program pembangunan yang telah dilakukan oleh presiden-presiden sebelumnya dan tidak merasa perlu untuk melanjutkannya sendiri.
“Saya yakin semua presiden akan mentaati undang-undang. Sepanjang kebijakannya dipayungi oleh undang-undang yang jelas, saya pikir presiden berikutnya juga akan menjalankan itu,” ucap Syarief.
Syarief memberi contoh sikap netral yang ditunjukkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika mengakhiri masa jabatannya. Ia mengatakan bahwa SBY tidak mendukung calon manapun, bahkan besannya sendiri yang menjadi calon wakil presiden.
“Bahkan saat itu, Hatta Rajasa yang juga besan SBY menjadi cawapres, SBY tidak secara eksplisit memberikan dukungan. SBY berada di tengah-tengah,” kata Syarief.
“Tidak ada kekhawatiran pada diri SBY ketika mengakhiri dua periode masa jabatannya, maka tidak ada beban. Karena itu SBY tidak cawe-cawe,” pungkasnya.