- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Startup Bioteknologi Insilico Medicine Meluncurkan untuk Uji Klinis pada Pasien IPF

  • Bagikan
Startup Bioteknologi Insilico Medicine Meluncurkan Obat AI untuk Uji Klinis pada Pasien IPF. (Genengnews com foto)

Indo1.id – Obat dari hasil kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah memasuki tahap uji klinis dengan pasien manusia minggu ini.

Startup bioteknologi bernama Insilico Medicine, yang berbasis di Hong Kong dan telah menerima pendanaan lebih dari $400 juta (sekitar Rp 6 triliun), berhasil menciptakan obat bernama INS018_055 yang ditujukan sebagai pengobatan untuk fibrosis pulmoner idiopatik (idiopathic pulmonary fibrosis/IPF).

IPF merupakan penyakit kronis yang menyebabkan parut pada paru-paru.

Menurut National Institutes of Health, prevalensi IPF semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan saat ini mempengaruhi sekitar 100.000 orang di Amerika Serikat.

Jika tidak diobati, IPF dapat menyebabkan kematian dalam rentang waktu dua hingga lima tahun.

Baca Juga :  Masa Depan Pencarian Google, Bisa Lewat Suara Manusia

Alex Zhavoronkov, pendiri dan CEO Insilico Medicine, menyampaikan kepada CNBC Internasional, “Ini adalah obat yang sepenuhnya dihasilkan oleh AI yang mencapai tahap uji klinis manusia, khususnya uji klinis Fase II dengan pasien.

Meskipun ada obat lain yang dirancang oleh AI dalam tahap uji coba, obat kami adalah yang pertama dengan desain AI yang baru.”

Proses penemuan obat ini dimulai pada tahun 2020 dengan harapan menciptakan obat “moonshot” untuk mengatasi tantangan pengobatan yang saat ini ada untuk kondisi tersebut.

Pengobatan yang tersedia saat ini sebagian besar hanya mampu memperlambat perkembangan penyakit dan seringkali menimbulkan efek samping yang tidak nyaman, demikian diungkapkan oleh Zhavoronkov.

Baca Juga :  Xiaomi Mi Watch Lite, Jam Tangan Pintar dengan Layar LCD dan 11 Mode Olahraga

Selain fokus pada IPF, Insilico juga tengah mengembangkan dua obat lain yang hasil desainnya sebagian menggunakan AI dan telah memasuki tahap uji klinis.

Salah satunya adalah obat Covid-19 yang sedang menjalani uji klinis fase satu, sementara yang lainnya adalah obat kanker berupa inhibitor USP1 yang ditujukan untuk pengobatan tumor padat.

Baru-baru ini, inhibitor USP1 tersebut mendapatkan persetujuan dari FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) untuk memulai uji klinis.

Zhavoronkov menjelaskan, “Ketika perusahaan ini diluncurkan, fokus kami adalah pada pengembangan algoritma yang mampu menemukan dan merancang molekul-molekul baru.

Baca Juga :  ZTE Smart Glasses: Kacamata Pintar dengan Layar 120 Inci dan Suara Hi-Res

Saya tidak pernah membayangkan pada awalnya bahwa suatu hari saya akan membawa obat buatan AI kami sendiri ke tahap uji klinis dengan pasien.

Namun, kami menyadari bahwa untuk memvalidasi platform AI kami, kami perlu tidak hanya merancang obat baru untuk target baru, tetapi juga membawanya ke tahap uji klinis untuk membuktikan efektivitas teknologi kami.”

Studi uji klinis untuk obat IPF ini sedang berlangsung selama 12 minggu di Tiongkok dan menggunakan metode acak, tersamar ganda, serta kontrol plasebo.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan