Indo1.id – Obat dari hasil kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah memasuki tahap uji klinis dengan pasien manusia minggu ini.
Startup bioteknologi bernama Insilico Medicine, yang berbasis di Hong Kong dan telah menerima pendanaan lebih dari $400 juta (sekitar Rp 6 triliun), berhasil menciptakan obat bernama INS018_055 yang ditujukan sebagai pengobatan untuk fibrosis pulmoner idiopatik (idiopathic pulmonary fibrosis/IPF).
IPF merupakan penyakit kronis yang menyebabkan parut pada paru-paru.
Menurut National Institutes of Health, prevalensi IPF semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan saat ini mempengaruhi sekitar 100.000 orang di Amerika Serikat.
Jika tidak diobati, IPF dapat menyebabkan kematian dalam rentang waktu dua hingga lima tahun.
Alex Zhavoronkov, pendiri dan CEO Insilico Medicine, menyampaikan kepada CNBC Internasional, “Ini adalah obat yang sepenuhnya dihasilkan oleh AI yang mencapai tahap uji klinis manusia, khususnya uji klinis Fase II dengan pasien.
Meskipun ada obat lain yang dirancang oleh AI dalam tahap uji coba, obat kami adalah yang pertama dengan desain AI yang baru.”
Proses penemuan obat ini dimulai pada tahun 2020 dengan harapan menciptakan obat “moonshot” untuk mengatasi tantangan pengobatan yang saat ini ada untuk kondisi tersebut.