- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Nauru, Kisah Negara  yang Pernah Jadi Terkaya di Dunia Kini Terpuruk!

  • Bagikan
Sisa sisa penambangan Fosfat di Nauru. (Foto: instagram @pasifikavisuals)

Indo1.id – Nauru adalah sebuah negara pulau yang terletak di Samudra Pasifik, sekitar 3.000 km sebelah timur laut Australia.

Negara ini memiliki luas wilayah hanya 21 km2 dan populasi sekitar 10.000 jiwa, menjadikannya salah satu negara terkecil dan terkurang penduduknya di dunia.

Namun, jangan salah, Nauru pernah menjadi negara terkaya di dunia berdasarkan pendapatan per kapita pada tahun 1980-an. Bagaimana bisa?

Baca Juga :  Belajar Energi Ramah Lingkungan Menggunakan Angin dan Arus Laut di Orkney!

Kunci kekayaan Nauru adalah fosfat, yaitu bahan baku pupuk yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Fosfat di Nauru bukan fosfat biasa, melainkan fosfat berkualitas tinggi yang terbentuk dari endapan kotoran burung selama ribuan tahun.

Fosfat ini menutupi hampir seluruh permukaan pulau dan memiliki ketebalan rata-rata 15 meter.

Fosfat di Nauru mulai dieksploitasi sejak awal abad ke-20 oleh tiga negara penjajah, yaitu Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Baca Juga :  Modi Ubah Nama India Menjadi Bharat, Apa Makna dan Tujuannya?

Ketiga negara ini mendirikan perusahaan bersama bernama British Phosphate Commission (BPC) untuk mengelola penambangan fosfat di Nauru.

Pada saat itu, penduduk Nauru tidak mendapatkan keuntungan apapun dari sumber daya alam mereka.

Setelah merdeka pada tahun 1968, Nauru mengambil alih kendali atas tambang fosfat dan mendirikan perusahaan milik negara bernama Nauru Phosphate Corporation (NPC).

Pada tahun 1970-an dan 1980-an, permintaan fosfat dunia meningkat pesat karena kebutuhan pangan yang tumbuh seiring dengan pertambahan penduduk.

Baca Juga :  Inggris Akan Beri 6.000 Rudal ke Ukraina Dalam Dukungan Baru

Sementara itu, cadangan fosfat di Australia dan Selandia Baru menipis. Ini membuat Nauru menjadi pemasok utama fosfat di dunia.

Dari penjualan fosfat, Nauru mendapatkan pemasukan yang sangat besar. Pada tahun 1980, negara ini meraup pendapatan sekitar USD 123 juta (setara dengan Rp 1,7 triliun dengan kurs saat ini).

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan