Menikmati Mangut Lele Mbah Marto, Warung Legendaris yang Bikin Ketagihan

  • Bagikan
Kolase makanan di Mangut lele Mbah Marto. (Foto: twitter @ellyaqul)

Indo1.id – Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi salah satu kuliner khas yang legendaris, yaitu mangut lele Mbah Marto.

Warung ini menyajikan olahan ikan lele asap dengan kuah santan pedas yang menggugah selera.

Mangut lele adalah masakan tradisional Jawa yang terdiri dari ikan lele yang diasap dan dimasak dengan bumbu mangut.

Bumbu mangut sendiri terbuat dari bawang merah, bawang putih, cabai merah, kemiri, jahe, gula merah, daun salam, daun jeruk, serai, dan lengkuas.

Baca Juga :  Mitos Candi Ijo, Candi Hindu Tertinggi di Yogyakarta

Warung mangut lele Mbah Marto berlokasi di Dusun Ngireng-ireng, Saraban, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1960-an dan merupakan salah satu warung tertua di Yogyakarta.

Mbah Marto adalah nama panggilan dari Martodihardjo, pemilik sekaligus juru masak warung ini.

Meski sudah berusia 90 tahun lebih, Mbah Marto masih setia memasak mangut lele setiap hari dengan cara tradisional.

Baca Juga :  Mitos Misteri Bambu Apus di Pringgolayan, Kotagede, Yogyakarta

Warung Mbah Marto buka setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Warung ini tidak seperti warung makan pada umumnya.

Tidak ada ruang makan khusus atau spot instagramable. Yang ada hanya sebuah ruangan kecil yang berisi tungku-tungku untuk memasak mangut lele.

Di depan ruangan itu, terdapat sebuah balai-balai bambu yang dijadikan tempat mengambil nasi dan lauk-pauk.

Baca Juga :  Resep Es Teler Durian yang Patut Dicoba, Rasanya Makyuss!

Di atas balai-balai itu, terdapat beberapa baskom besar yang berisi mangut lele dan lauk-pauk lainnya, seperti gudeg, krecek, opor ayam, tahu areh, dan sayur daun kelor.

Para pengunjung bisa mengambil sendiri nasi dan lauk-pauk sesuai selera. Setelah itu, mereka bisa mencari tempat duduk di sekitar warung yang tersedia.

Tempat duduknya pun sangat sederhana, hanya berupa kursi-kursi plastik atau tikar-tikar bambu.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan