– Al-Qur’an tidak menyebutkan nama hamba Allah yang tertidur 100 tahun itu secara eksplisit, sehingga tidak boleh menetapkan nama tanpa dalil yang pasti.
– Hadis-hadis yang menyebutkan nama Uzair sebagai orang yang tertidur 100 tahun itu tidak memiliki sanad yang kuat dan shahih, sehingga tidak bisa dijadikan hujjah.
– Kisah Uzair yang tertidur 100 tahun itu bertentangan dengan beberapa ayat Al-Qur’an lainnya yang menyebutkan bahwa Bani Israil menganggap Uzair sebagai putra Allah (QS At-Taubah ayat 30) dan bahwa mereka membunuh para nabi secara zalim (QS Al-Baqarah ayat 61).
– Jika Uzair adalah seorang nabi yang tertidur 100 tahun, maka bagaimana mungkin Bani Israil menganggapnya sebagai putra Allah dan membunuhnya secara zalim?
– Kisah Uzair yang tertidur 100 tahun itu juga bertentangan dengan beberapa riwayat sejarah yang menyebutkan bahwa Uzair adalah seorang ulama yang mengumpulkan dan menulis kembali kitab Taurat yang telah rusak dan hilang akibat penyerangan Nebukadnezar, raja Babilonia, terhadap Baitul Maqdis.
Jika Uzair adalah seorang ulama yang mengumpulkan dan menulis kembali kitab Taurat, maka bagaimana mungkin ia tertidur selama 100 tahun?
Oleh karena itu, sebagian ulama dan mufasir lebih cenderung memilih pendapat yang menyatakan bahwa hamba Allah yang tertidur 100 tahun itu bukan Nabi Uzair AS, melainkan seorang hamba Allah biasa yang tidak dikenal namanya.
Pendapat ini juga lebih sesuai dengan tujuan ayat tersebut, yaitu untuk menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah dalam menghidupkan kembali makhluk-Nya pada hari kiamat nanti.
Kesimpulan
Kisah hamba Allah yang tertidur 100 tahun adalah salah satu kisah yang menarik dan mengagumkan dalam Al-Qur’an.
Kisah ini diceritakan dalam surat Al-Baqarah ayat 259 sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah bagi manusia.
Namun, Al-Qur’an tidak menyebutkan nama hamba Allah yang tertidur 100 tahun itu secara eksplisit. Sebagian ulama dan mufasir berpendapat bahwa hamba Allah itu adalah Nabi Uzair AS, seorang nabi yang diutus kepada Bani Israil.
Namun, sebagian ulama dan mufasir lainnya berpendapat bahwa hamba Allah itu bukan Nabi Uzair AS, melainkan seorang hamba Allah biasa yang tidak dikenal namanya.