Menurut psikolog klinis Shierlen Octavia, sindrom Skibidi Toilet merupakan bentuk dari gangguan obsesif kompulsif (OCD) pada anak-anak.
OCD adalah sebuah gangguan mental yang ditandai dengan pikiran, perasaan, atau dorongan yang berulang-ulang dan tidak diinginkan (obsesi), serta perilaku atau ritual yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan atau ketegangan (kompulsi).
“Anak-anak yang mengalami sindrom Skibidi Toilet memiliki obsesi terhadap video Skibidi Toilet, sehingga mereka merasa harus menonton dan menirukannya secara terus-menerus. Mereka juga memiliki kompulsi untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu yang ada dalam video tersebut, seperti berjongkok, menggerakkan mata, atau menyanyikan lagu aneh,” jelas Shierlen saat ditemui media, Kamis 10 Agustus 2023.
Shierlen menambahkan bahwa sindrom Skibidi Toilet bisa berdampak negatif bagi perkembangan anak-anak, baik secara fisik maupun psikis.
Secara fisik, anak-anak bisa mengalami cedera atau infeksi akibat melakukan gerakan-gerakan berbahaya atau masuk ke tempat-tempat kotor.
Secara psikis, anak-anak bisa mengalami gangguan emosi, kognitif, sosial, dan akademik.
“Anak-anak yang mengalami sindrom Skibidi Toilet bisa menjadi lebih mudah marah, cemas, takut, atau sedih. Mereka juga bisa mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, berpikir logis, atau mengingat informasi. Mereka juga bisa menjadi lebih terisolasi dari lingkungan sekitarnya, seperti keluarga, teman-teman, atau sekolah,” papar Shierlen.
Untuk mencegah dan mengatasi sindrom Skibidi Toilet pada anak-anak, Shierlen memberikan beberapa tips bagi orang tua, yaitu:
– Mengawasi dan membatasi waktu anak-anak dalam menonton video Skibidi Toilet atau konten lainnya di internet.
Orang tua bisa menggunakan aplikasi pengontrol orang tua (parental control) untuk memblokir atau menyaring konten-konten yang tidak sesuai untuk anak-anak.
– Mengajak anak-anak untuk melakukan aktivitas lain yang lebih positif dan bermanfaat, seperti bermain, belajar, berolahraga, atau berkreasi.