Namun, ia juga khawatir dengan nasib putrinya. Ia pun meminta Dewi Sekartaji untuk bersembunyi di sebuah hutan.
Dewi Sekartaji pun menuruti perintah ayahnya dan pergi ke hutan.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pertapa bernama Resi Bujangga Manik, yang sedang melakukan tapa brata atau pertapaan keras.
Dewi Sekartaji merasa kagum dengan Resi Bujangga Manik dan meminta untuk menjadi muridnya.
Resi Bujangga Manik pun menerima Dewi Sekartaji sebagai muridnya dan mengajarkan ilmu-ilmu gaib kepadanya.
Sementara itu, perang antara Kerajaan Daha dan Kerajaan Singasari pun terjadi. Prabu Kertajaya kalah telak dan terbunuh oleh pasukan Prabu Kertanegara.
Kerajaan Daha pun runtuh dan rakyatnya menderita. Dewi Sekartaji mendengar kabar ini dan merasa sedih.
Ia pun meminta izin kepada Resi Bujangga Manik untuk pergi mencari jenazah ayahnya.
Resi Bujangga Manik mengizinkan Dewi Sekartaji untuk pergi, namun ia juga memberinya sebuah syarat.
Ia harus kembali sebelum matahari terbenam, jika tidak ia akan berubah menjadi burung perkutut.
Dewi Sekartaji pun berjanji untuk kembali tepat waktu dan berangkat menuju medan perang.
Di medan perang, Dewi Sekartaji berhasil menemukan jenazah ayahnya dan memberinya penghormatan terakhir.
Ia juga membantu rakyatnya yang terluka dan miskin. Ia memberikan mereka makanan, obat-obatan, dan harta bendanya.
Ia juga memberikan mereka semangat untuk bangkit dari keterpurukan.