Ia pun memerintahkan pasukannya untuk menyerang Kerajaan Dwarawati dan menculik Dewi Sekarwangi.
Namun, ia tidak tahu bahwa Prabu Kresna adalah saudara dari Prabu Salya. Prabu Salya pun mendapat kabar tentang perbuatan anaknya itu dan merasa malu.
Prabu Salya pun mengutuk Raden Cakil menjadi hewan yang kecil dan jelek, yaitu cicak.
Ia juga mengutuk Dewi Sekarwangi menjadi hewan yang sama, karena ia telah menyebabkan peperangan antara dua kerajaan saudara.
Ia pun memberi mereka sebuah syarat untuk bisa kembali menjadi manusia.
Syaratnya adalah mereka harus jatuh di tubuh manusia yang memiliki sifat-sifat tertentu.
Jika cicak jatuh di kepala manusia, maka itu berarti manusia tersebut memiliki sifat bijaksana dan cerdas.
Jika cicak jatuh di dada manusia, maka itu berarti manusia tersebut memiliki sifat baik hati dan penyayang.
Jika cicak jatuh di perut manusia, maka itu berarti manusia tersebut memiliki sifat lapar dan rakus.
Jika cicak jatuh di kaki manusia, maka itu berarti manusia tersebut memiliki sifat malas dan pengecut.
Jika mereka berhasil menemukan manusia yang memiliki sifat-sifat tersebut, maka mereka harus mengucapkan kata-kata tertentu untuk meminta maaf kepada Tuhan dan manusia tersebut.
Kata-kata tersebut adalah “Aku minta maaf atas kesombongan dan keangkuhanku. Aku bersedia menerima hukuman ini sebagai pembelajaran bagi diriku.”
Sejak saat itu, Raden Cakil dan Dewi Sekarwangi menjadi cicak yang hidup di rumah-rumah manusia.
Mereka sering mencoba untuk jatuh di tubuh manusia untuk bisa kembali menjadi manusia.
Namun, mereka selalu gagal karena manusia selalu mengusir atau membunuh mereka.
Mitos Raden Cakil dan Dewi Sekarwangi adalah salah satu cerita rakyat Jawa yang memiliki makna mendalam.