Indo1.id – Gunung Slamet, gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, memiliki kisah legenda yang turun-temurun. Banyak warga yang berada di kaki gunung ini percaya bahwa jika gunung ini meletus, maka akan membuat parit besar atau selat yang menyatukan laut selatan dan utara.
Mitos ini kemudian dihubungkan dengan ramalan Jayabaya, raja Kediri yang terkenal dengan ramalannya tentang masa depan Indonesia.
Namun, seberapa valid mitos dan ramalan ini? Apakah ada bukti ilmiah atau logis yang mendukungnya?
Jayabaya adalah raja Kediri yang memerintah pada abad ke-12. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana dan sakti. Ia juga dikenal sebagai penulis kitab Musarar, yang berisi ramalan-ramalan tentang masa depan Indonesia.
Beberapa ramalan Jayabaya yang terkenal adalah tentang masa penjajahan Belanda dan Jepang, kemerdekaan Indonesia, reformasi, dan lain-lain.
Beberapa ramalan Jayabaya juga dianggap telah terbukti, seperti seumur jagung (3,5 bulan) yang dimaknai dijajah 3,5 tahun.
Salah satu ramalan Jayabaya yang masih menjadi misteri adalah tentang mitos pulau Jawa yang akan terbelah.
Dalam kitab Musarar, Jayabaya menyebutkan bahwa akan ada aktivitas vulkanis Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Purbalingga, Pemalang, Tegal, Brebes dan Banyumas.
Ia juga menyebutkan bahwa jika Gunung Slamet meletus dahsyat, maka pertanda Pulau Jawa akan terbelah dua.
Mitos ini masih dipercayai oleh sebagian warga sekitar lereng Gunung Slamet. Mereka menganggap bahwa Gunung Slamet adalah gunung suci yang memiliki kekuatan besar.
Mereka juga menganggap bahwa nama Slamet, yang berarti selamat dalam bahasa Jawa, adalah sebuah harapan agar gunung ini tidak meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar.
Namun, apakah mitos dan ramalan ini bisa dipercaya? Apakah ada bukti ilmiah atau logis yang mendukungnya? Sayangnya, jawabannya adalah tidak.