Ahmad Syahrial menjelaskan bahwa burung Kuau Raja yang ditemukan oleh timnya adalah spesies Argusianus argus, yang berbeda dengan spesies Argusianus bipunctatus atau kuau bergaris ganda, yang juga dinyatakan punah.
Spesies Argusianus argus memiliki bulu-bulu berwarna cokelat kemerahan dengan bintik-bintik besar menyerupai mata serangga, sedangkan spesies Argusianus bipunctatus memiliki bulu-bulu berwarna hitam dan putih dengan garis-garis pada ekor dan sayap.
“Burung Kuau Raja yang kami temukan adalah spesies yang sama dengan maskot Sumatera Barat. Spesies ini sangat jarang ditemukan dan terancam punah karena hilangnya habitat hutan dan perburuan liar. Kami berharap penemuan kami ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan burung Kuau Raja dan hutan-hutan di Indonesia,” ujar Ahmad Syahrial.
Penemuan burung Kuau Raja ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari pemerintah daerah dan lembaga konservasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh, Irwandi Yusuf, mengatakan bahwa pemerintah daerah akan memberikan dukungan penuh kepada tim peneliti untuk melanjutkan penelitian tentang burung Kuau Raja.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak memburu atau mengganggu burung Kuau Raja dan hewan-hewan lain yang dilindungi.
“Kami sangat bangga dengan penemuan tim peneliti ini. Ini menunjukkan bahwa Aceh masih memiliki kekayaan hayati yang luar biasa. Kami akan memberikan fasilitas dan perlindungan kepada tim peneliti agar mereka dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang burung Kuau Raja. Kami juga mengajak masyarakat untuk ikut menjaga dan melestarikan hutan dan satwa liar di Aceh,” tutur Irwandi Yusuf.