Mitos Candi Ijo
Candi Ijo memiliki beberapa mitos yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar, yang berhubungan dengan sejarah dan fungsi candi.
Salah satu mitos yang paling terkenal adalah tentang asal-usul nama Bukit Ijo, yang menjadi lokasi candi. Menurut mitos tersebut, Bukit Ijo dulunya adalah tempat tinggal seorang pertapa bernama Ki Ageng Pengging, yang memiliki ilmu kesaktian tinggi.
Ki Ageng Pengging memiliki seorang anak bernama Jaka Tarub, yang juga memiliki ilmu kesaktian dan gemar berpetualang.
Suatu hari, Jaka Tarub mendengar kabar bahwa ada tujuh bidadari yang turun dari kahyangan untuk mandi di sebuah telaga di Bukit Ijo.
Jaka Tarub penasaran dan menyelinap ke telaga tersebut, lalu mencuri selendang salah satu bidadari. Bidadari tersebut bernama Nawang Wulan, yang merupakan bidadari paling cantik.
Tanpa selendangnya, Nawang Wulan tidak bisa kembali ke kahyangan. Jaka Tarub kemudian menawarkan diri untuk menikahi Nawang Wulan, dan Nawang Wulan pun menerima.
Jaka Tarub dan Nawang Wulan hidup bahagia di Bukit Ijo, dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Sekar. Namun, suatu hari Nawang Wulan menemukan selendangnya yang disembunyikan Jaka Tarub di bawah tempat tidur.
Nawang Wulan pun marah dan kecewa, lalu memutuskan untuk kembali ke kahyangan. Jaka Tarub dan Sekar merasa sedih dan menyesal, lalu memohon agar Nawang Wulan mau kembali.
Nawang Wulan pun bersedia, asalkan Jaka Tarub dan Sekar mau mengikuti syarat-syarat yang ditetapkan oleh Dewa Indra.