2. Asal-Usul Konsep Hedonisme
Konsep hedonisme telah ada sejak zaman kuno, terutama dalam filsafat Yunani. Salah satu tokoh yang terkenal dengan pandangan ini adalah Epicurus, seorang filsuf Yunani yang mengajarkan bahwa kebahagiaan adalah tujuan utama kehidupan.
Namun, menurut Epicurus, kebahagiaan sejati bukan berasal dari kesenangan berlebihan, tetapi dari hidup sederhana dan bebas dari rasa sakit atau kekhawatiran.
Seiring waktu, konsep hedonisme berkembang, dan dalam budaya modern, hedonisme lebih cenderung diasosiasikan dengan pencarian kesenangan materi dan kepuasan instan.
Gaya hidup ini sering dipromosikan oleh media massa, terutama melalui iklan yang mendorong konsumsi produk-produk mewah dan eksklusif.
3. Ciri-Ciri Gaya Hidup Hedon
Gaya hidup hedon memiliki beberapa ciri khas yang mudah dikenali, antara lain:
- Konsumtif: Orang yang hidup dengan gaya hidup hedon cenderung menghabiskan banyak uang untuk hal-hal yang dianggap bisa memberikan kesenangan, seperti barang-barang mewah, makanan mahal, atau hiburan eksklusif.
- Materialistis: Kesenangan sering kali diukur melalui kepemilikan benda-benda materi, seperti mobil mewah, pakaian bermerek, gadget terbaru, atau rumah besar.
- Pencarian Kepuasan Instan: Individu dengan gaya hidup hedon lebih fokus pada kebahagiaan jangka pendek daripada rencana atau tujuan jangka panjang. Mereka mungkin lebih suka membelanjakan uangnya untuk kesenangan saat ini daripada menabung atau berinvestasi untuk masa depan.
- Sosialisasi Berlebihan: Mereka mungkin lebih sering terlibat dalam kegiatan sosial yang berorientasi pada hiburan, seperti pergi ke pesta, mengunjungi klub malam, atau liburan mewah, yang semuanya bertujuan untuk meraih kesenangan instan.
- Hidup dalam Kesenangan Tanpa Pertimbangan: Kadang-kadang, gaya hidup hedon memunculkan sikap “hidup untuk hari ini” tanpa memperhatikan konsekuensi masa depan, baik dari sisi keuangan maupun kesehatan.