Korupsi di Indonesia, Ketika Rasa Malu Tak Lagi Menjadi Penghalang

  • Bagikan
Korupsi di Indonesia, Ketika Rasa Malu Tak Lagi Menjadi Penghalang ( Foto: Ilustrasi /aa/id )

Indo1.id – Opini – Ketika korupsi menjadi hal biasa, maka kehancuran sebuah bangsa bukan lagi sekadar kemungkinan—ia hanya tinggal menunggu waktu.

Dan Indonesia, tampaknya tengah berjalan di jalur itu, perlahan namun pasti.

Skandal Tanpa Henti, Reaksi yang Terus Melemah

Setiap tahun, daftar pelaku korupsi bertambah. Ironisnya, tidak berbanding lurus dengan membaiknya indeks persepsi korupsi kita.

Baca Juga :  Refleksi Sumpah Pemuda Ke Ke 93 : Pemuda Libatkan Diri Dalam Urusan Negara dan Kebangsaan

Transparency International mencatat, skor Indonesia pada tahun 2024 hanya 34 dari 100, turun dari tahun-tahun sebelumnya.

Artinya, dari sudut pandang internasional, negeri ini dianggap masih jauh dari bersih.

Yang lebih menyakitkan, publik semakin apatis. Ketika seorang pejabat tertangkap tangan, bukan kemarahan yang menggelora, melainkan gumaman: “Lagi-lagi.”

Inilah barangkali kerusakan yang paling mengkhawatirkan: ketika masyarakat mulai memaklumi kejahatan sebagai keniscayaan.

Baca Juga :  75 Tahun Merdeka, Kemerdekaan Untuk Oligarki Dan Koruptor?

Korupsi: Kejahatan yang Menyerang dari Dalam

Korupsi bukan sekadar penggelapan dana. Ia adalah racun yang merusak sistem dari dalam.

Ia menggerogoti kepercayaan publik, menurunkan moralitas kolektif, dan melanggengkan kemiskinan struktural.

Dalam banyak kasus, korupsi bukan lagi dilakukan dalam kesunyian, tetapi dalam terang. Tidak lagi malu-malu, karena malu telah lama dibuang dari kamus kekuasaan.

Baca Juga :  MK Tidak Memiliki Kewenangan Untuk Menguji Undang-Undang Pemilu 'Proporsional Terbuka'

Dan ini yang membuat korupsi di Indonesia begitu sulit diberantas: ia sudah terlalu dalam tertanam, terlalu luas menjalar, dan terlalu nyaman didiamkan.

  • Bagikan