Menurut Charles Feldman, profesor studi pangan dan sistem pangan di Montclair State University di New Jersey, cokelat dikaitkan dengan maskulinitas dan kejantanan.
Cokelat hanya bisa dinikmati oleh kalangan menengah ke atas dan orang-orang kaya.
Makanan itu juga dianggap sebagai lambang kemewahan serta suguhan mahal bagi segelintir orang yang mampu membelinya.
Namun, pada abad ke-19, kakao manis menjadi makanan yang dapat dicicipi oleh pekerja, termasuk perempuan.