عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَد مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya:
“Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).
Ibnu Baththal berusaha menjelaskan maknanya mengencangkan kain bawah. Maksudnya adalah Rasulullah SAW menahan untuk tidak menggauli istrinya.
Sedangkan membangunkan keluarganya, maksudnya adalah Rasulullah mengajak dan mengingatkan keluarganya untuk melakukan lebih meningkatkan amaliyah sunnah disamping amaliyah fardhu.
. وَقَالَ سُفْيَانُ الثوْرِى : قَوْلُهُ : ( شَد مِئْزَرَهُ ) فِى هَذَا الْحَدِيثِ يَعْنِى : لَمْ يَقْرَبِ النسَاءَ ، وَفِى قَوْلِهِ : ( أَيْقَظَ أَهْلَهُ ) مِنَ الْفِقْهِ أَن لِلرجُلِ أَنْ يَحُض أَهْلَهُ عَلَى عَمَلِ النوَافِلِ ، وَيَأْمُرَهُمْ بِغَيْرِ الْفَرَائِضِ مِنْ أَعْمَالِ الْبِر ، وَيَحْمِلَهُمْ عَلَيْهَا .
Artinya:
“Sufyan Ats-Tsauri berkata maksud ‘mengencangkan kain atasnya’ dalam hadits di atas adalah Rasulullah SAW tidak melakukan hubungan badan dengan istrinya.
Dalam menghidupkan malam untuk memperoleh Lailatul Qadar, Rasulullah SAW menyibukkan diri dengan melakukan ibadah pada sebagian besar malam beliau.
Diceritakan Aisyah RA, yang menyatakan beliau tidak pernah melihat Rasulullah SAW beribadah semalam penuh sampai pagi.