Airlangga melanjutkan, Golkar dan Demokrat menyadari pentingnya kesatuan politik pasca-pemilu. Golkar dan Demokrat, kata dia, enggan pesta politik lima tahun sekali di Indonesia berakhir memecah belah bangsa.
“Kita ingin politik nuansanya seperti itu, sehingga pesta politik yang berbahagia. Bukan pesta politik yang membelah bangsa ini jadi dua. Karena yang paling kita khawatirkan kalau bangsa ini terbelah dengan politik identitas, di ekonomi ada istilah scar, luka yang dalam. Demikian juga politik, luka yang dalam dan tidak dalam waktu dekat dia sembuh,” papar Airlangga.
“Ini yang ingin kita tinggalkan, posisi nggak harus bareng tapi yang paling sulit dalam posisi berbeda kita tujuan sama. Pertaruhan kita 10 tahun ke depan, Indonesia masuk bonus demografi yang akan berakhir di tahun 2038. Maka kesatuan politik pasca-pemilu itu penting. Tapi persatuan politik pasca-pemilu nggak bisa terjadi kalau tidak dirintis dari sekarang,” tutupnya.