Travel Blog: Banda Neira Antara Sejarah,  Romantisme, dan Gunung Api!

  • Bagikan
Eksotisnya Banda Neira, pas bersama pasangan. (Foto : instagram @ydhpf)

Pagi-pagi sekali, kami bangun dan bersiap-siap untuk mendaki gunung. Kami membawa bekal air minum, roti isi selai nutmeg buatan hotel, serta jaket dan topi.

Kami menyewa seorang pemandu bernama Iwan dengan harga Rp 200.000 per orang. Iwan adalah penduduk setempat yang sudah sering mendaki gunung ini.

Iwan menjemput kami di hotel dengan sepeda motor nya. Kami naik ke belakangnya sambil membawa tas ransel kami.

Kami menuju titik awal pendakian yang berada di dekat Pelabuhan Banda Neira. Di sana, kami turun dari motor dan mulai berjalan menyusuri jalan setapak.

Baca Juga :  Hotel Murah di Kota Semarang, Cocok Buat Liburan, Ini Daftarnya!

Jalan setapak itu terbuat dari batu-batu hitam bekas aliran lava. Batu-batu itu cukup tajam dan licin sehingga kami harus hati-hati melangkah.

Iwan memberitahu kami bahwa jalur pendakian Gunung Banda Api terbagi menjadi tiga bagian: bagian bawah yang berupa hutan tropis basah; bagian tengah yang berupa padang rumput kering; dan bagian atas yang berupa lereng curam tanpa tumbuhan.

Bagian bawah adalah bagian terpanjang dan terberat karena medannya naik turun dengan kemiringan cukup curam. Di sini, kami harus melewati beberapa anak sungai kecil dan jembatan bambu sederhana.

Baca Juga :  Kepoin Yuk, Tempat Wisata Romantis Buat Valentine Day Bersama Pacar.

Di tengah-tengah hutan, kami bisa melihat banyak pohon-pohon tinggi seperti kenari, cengkeh, pala, kayu manis, kemiri, pinang, kelapa sawit, serta bunga-bunga liar seperti anggrek dan sebagainya.

Kami juga bisa mendengar suara-suara binatang seperti burung, monyet, kadal, dan ular. Iwan memberitahu kami bahwa hutan ini adalah habitat dari banyak spesies endemik yang hanya ada di Banda Neira.

Di tengah perjalanan, kami berhenti sebentar untuk istirahat dan mengisi energi. Kami memakan roti isi selai nutmeg yang rasanya manis dan harum. Kami juga minum air putih untuk menghilangkan dahaga.

Baca Juga :  Travel Blog: Pendakian ke Cartenz Pyramid Papua Yang Menantang dan Penuh Perjuangan!

Sambil istirahat, kami mengobrol dengan Iwan tentang kehidupan di Banda Neira. Iwan bercerita bahwa dia lahir dan besar di pulau ini. Dia bekerja sebagai nelayan dan petani pala. Dia juga suka mendaki gunung dan menyelam di laut.

Iwan juga bercerita tentang sejarah Banda Neira yang panjang dan penuh liku. Dia mengatakan bahwa pulau ini pernah menjadi rebutan antara Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang karena rempah-rempahnya yang sangat berharga.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan