Cerita fabel tersebut adalah sebagai berikut: Seorang brahmana bernama Dwijeswara datang dari dunia bawah untuk bersembahyang di gunung.
Di puncak gunung ia bertemu dengan seekor kepiting bernama Astapada yang sedang terancam oleh seekor elang bernama Suparna. Brahmana itu kemudian menyelamatkan kepiting itu dengan membawanya di pakaiannya.
Kepiting itu sangat berterima kasih kepada brahmana itu dan bersumpah untuk setia kepadanya.
Brahmana itu pun mengajak kepiting itu untuk tinggal bersamanya di dunia bawah. Namun, di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor kura-kura bernama Akupara yang menawarkan diri untuk mengangkut mereka dengan cangkangnya.
Brahmana itu menyetujui tawaran kura-kura itu dan menaiki cangkangnya bersama dengan kepiting itu. Namun, di tengah sungai, kura-kura itu berniat untuk menenggelamkan mereka dan memakannya.
Kepiting itu pun segera menyadari niat jahat kura-kura itu dan menggigit lehernya dengan kuat. Kura-kura itu pun mati dan terapung di permukaan air.
Brahmana itu sangat kagum dengan kesetiaan kepiting itu dan memuji-mujinya. Ia pun membawa kepiting itu ke dunia bawah dan menjadikannya sebagai sahabatnya. Mereka pun hidup bahagia selamanya.
Demikianlah cerita fabel ternyata yang menjadi latar belakang relief brahmana dan kepiting di Candi Mendut. Cerita ini mengandung pesan moral tentang pentingnya kesetiaan, keberanian, dan kebaikan hati.