Selain itu, kawasan ini juga memiliki kesaksian otentik tentang peradaban masa lalu yang terkait dengan perdagangan maritim dan kolonialisme.
Namun, usulan ini belum mendapat respons positif dari UNESCO hingga saat ini.
Hal ini dikarenakan masih adanya beberapa kekurangan dalam dokumen nominasi yang diserahkan oleh pihak Indonesia.
Beberapa kekurangan tersebut antara lain adalah kurangnya data ilmiah tentang kondisi geologi dan hidrologi kawasan Kota Lama Semarang.
Kurangnya rencana manajemen yang komprehensif dan partisipatif untuk pelestarian kawasan tersebut.
Serta kurangnya dukungan dari pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat setempat.
Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dan penyelesaian dokumen nominasi yang lebih lengkap dan akurat untuk dapat memenuhi standar UNESCO.
Selain itu, perlu juga adanya koordinasi dan komunikasi antara pihak yang terkait dengan kawasan Kota Lama Semarang, seperti pemerintah pusat dan daerah, badan pengelola kawasan, pemilik bangunan, akademisi, ahli warisan budaya, LSM, media massa, serta masyarakat umum.
Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta kesadaran dan kepedulian bersama untuk menjaga warisan sejarah dan budaya yang dimiliki oleh Kota Lama Semarang.
Kota Lama Semarang bukan hanya milik kita sebagai warga Indonesia, tetapi juga milik dunia sebagai warisan umat manusia.
Kawasan ini merupakan cerminan dari perjalanan sejarah bangsa kita yang telah mengalami berbagai dinamika sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Kawasan ini juga merupakan sumber inspirasi bagi generasi muda kita untuk belajar dari masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga dan mengembangkan Kota Lama Semarang sebagai warisan dunia yang bermartabat dan berdaya saing.
Salah satu program yang telah dilakukan oleh pemerintah kota Semarang untuk melestarikan dan mengembangkan kawasan Kota Lama Semarang adalah program revitalisasi.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, fungsi, dan daya tarik kawasan Kota Lama Semarang sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya.
Program ini meliputi beberapa kegiatan, seperti penataan ruang publik, pelestarian bangunan cagar budaya, peningkatan infrastruktur dan fasilitas umum, pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha, serta promosi dan pengembangan produk wisata.
