Indo1.id – Menurut informasi dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bung Karno, presiden pertama Indonesia, pernah diasingkan ke berbagai tempat di luar Pulau Jawa, termasuk Ende.
Pada 14 Januari 1993, Bung Karno diasingkan ke Ende berdasarkan surat keputusan dari Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, ketika dia sedang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Selama masa pengasingannya, Bung Karno tidak sendirian, tetapi ditemani oleh Inggit (istrinya), Ratna Djuami (anak angkatnya), dan ibu mertuanya.
Rumah yang ditempati Bung Karno terawat dengan baik, dilengkapi dengan ruang tamu, ruang tengah, tiga kamar tidur, sumur, kamar mandi, dan dapur.
Ia tinggal di sana selama empat tahun sembilan bulan dan empat hari, dari 14 Januari 1993 hingga 18 Oktober 1938.
Ketika menjabat sebagai Presiden RI pada tahun 1951, Bung Karno mengunjungi kembali rumah pengasingannya dan mengungkapkan keinginannya untuk menjadikannya museum.
Pada kunjungan kedua ke Ende pada tahun 1954, Bung Karno secara resmi meresmikan rumah pengasingannya menjadi ‘Rumah Museum’.
Rumah pengasingan Bung Karno di Ende memiliki makna penting bagi Indonesia karena di situlah dimulai proses penggalian nilai-nilai Pancasila yang mulia.
Oleh karena itu, rumah pengasingan Bung Karno di Ende ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Nasional berdasarkan Surat Keputusan nomor 285/M/2014 pada 13 Oktober 2014.
Selain cerita sejarahnya, rumah pengasingan ini juga menyimpan beberapa barang yang ditinggalkan oleh Bung Karno, seperti ranjang, lemari, biola, tongkat, lampu minyak, lampu tekan, setrika, peralatan makan, dan peralatan masak.