Namun, karena terlalu asyik membantu rakyatnya, Dewi Sekartaji tidak sadar bahwa waktu sudah sore.
Ia baru ingat akan janjinya dengan Resi Bujangga Manik ketika matahari sudah hampir terbenam.
Ia pun bergegas kembali ke hutan dengan menaiki kuda kesayangannya.
Sayangnya, ia terlambat. Ketika ia sampai di hutan, matahari sudah terbenam dan langit sudah gelap.
Ia pun berubah menjadi burung perkutut, begitu juga dengan kudanya. Resi Bujangga Manik merasa kasihan melihat nasib muridnya.
Ia pun memberinya berkah agar suaranya selalu merdu dan indah, serta membawa keberuntungan dan kekayaan bagi orang yang mendengarnya.
Sejak saat itu, Dewi Sekartaji menjadi burung perkutut yang tinggal di hutan.
Ia sering berkicau dengan suara yang merdu dan indah, sebagai ungkapan rasa syukur dan cinta kepada Tuhan.
Ia juga sering membantu orang-orang yang membutuhkan dengan memberikan petunjuk atau pertanda melalui suaranya.
Mitos Dewi Sekartaji adalah salah satu cerita rakyat Jawa yang memiliki makna mendalam.
Cerita ini mengajarkan kita untuk menghormati orang tua, mengabdi kepada Tuhan, dan membantu sesama.
Cerita ini juga mengingatkan kita bahwa ada kekuatan gaib yang mengatur alam semesta ini.
Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur dan berdoa agar mendapatkan berkah dari Tuhan.