Mitos Gunung Bromo, Gunung Suci yang Menyimpan Banyak Misteri

  • Bagikan
Mitos Gunung Bromo

Pasir hisap ini bisa menghisap semua benda yang ada di atasnya dengan cepat dan kuat.

Belum diketahui pasti letak pasir hisap ini, hanya tetua adat suku Tengger yang tahu.

Beberapa orang yang pernah mengalami pasir hisap ini mengaku bahwa mereka merasakan seperti ada daya tarik yang kuat dari bawah tanah saat berjalan di atas pasir.

Mereka harus berjuang keras untuk melepaskan diri dari pasir hisap tersebut.

4. Bisikan Pasir

Mitos keempat tentang Gunung Bromo adalah adanya bisikan pasir yang bisa didengar oleh orang-orang yang berada di lautan pasir.

Bisikan pasir ini adalah suara-suara halus yang berasal dari pasir yang bergerak akibat angin atau langkah kaki.

Baca Juga :  Kayu Nagasari: Pusaka Bersejarah dengan Kekuatan Mistis dalam Senjata Tradisional Indonesia

Bisikan pasir ini bisa berupa kata-kata, nama, atau lagu.

Banyak orang yang menganggap bisikan pasir ini sebagai tanda-tanda dari alam atau makhluk gaib yang ada di Gunung Bromo.

Beberapa orang menganggap bisikan pasir ini sebagai pertanda baik, seperti petunjuk, nasihat, atau doa.

Namun, ada juga yang menganggap bisikan pasir ini sebagai pertanda buruk, seperti ancaman, kutukan, atau gangguan.

5. Legenda Joko Seger dan Roro Anteng

Mitos kelima tentang Gunung Bromo adalah adanya legenda Joko Seger dan Roro Anteng yang menjadi asal-usul masyarakat Tengger.

Baca Juga :  Mitos Kenapa di Jawa Barat Tidak Ada Jalan Gajah Mada

Legenda ini menceritakan tentang kisah cinta antara Joko Seger, seorang pemuda yang berasal dari kerajaan Majapahit, dan Roro Anteng, seorang putri dari kerajaan Kediri.

Keduanya menikah dan tinggal di kaki Gunung Bromo. Mereka hidup bahagia namun tidak dikaruniai anak.

Mereka berdoa kepada Dewa Brahma agar diberi keturunan.

Dewa Brahma mengabulkan permintaan mereka dengan syarat mereka harus mengorbankan anak bungsunya saat berusia 25 tahun.

Joko Seger dan Roro Anteng setuju dengan syarat tersebut dan akhirnya dikaruniai 25 orang anak.

Namun, saat anak bungsunya, yaitu Kesuma, berusia 25 tahun, mereka tidak tega untuk mengorbankannya.

Baca Juga :  Misteri Alas Purwo: Antara Mitos dan Realitas

Mereka mencoba untuk melarikan diri bersama anak-anaknya ke puncak Gunung Bromo.

Dewa Brahma marah dan meletuskan Gunung Bromo. Joko Seger, Roro Anteng, dan anak-anaknya terperangkap di tengah-tengah letusan gunung berapi.

Mereka semua meninggal kecuali Kesuma yang berhasil selamat. Kesuma kemudian menjadi leluhur masyarakat Tengger yang hidup di sekitar Gunung Bromo.

Itulah beberapa mitos yang berkembang di sekitar Gunung Bromo.

Mitos-mitos ini menunjukkan bahwa Gunung Bromo memiliki nilai-nilai spiritual dan budaya yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya.

Oleh karena itu, kita harus menghormati dan menjaga kelestarian Gunung Bromo sebagai warisan alam dan budaya bangsa Indonesia.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan