Indo1.id – Game horor adalah salah satu genre yang paling diminati oleh para gamer. Ada sesuatu yang menarik dan menantang dari bermain game horor, yaitu merasakan sensasi ketakutan yang nyata dan menguji keberanian kita.
Namun, tidak semua game horor bisa memberikan efek ketakutan yang sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa seram sebuah game horor, seperti cerita, grafis, suara, gameplay, dan lain-lain.
Salah satu game horor yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di kalangan gamer adalah Cursed Bet.
Game ini dibuat oleh Lightworker Games, sebuah studio indie yang dipimpin oleh seorang developer berusia 13 tahun bernama Vasco.
Game ini merupakan game horor psikologis yang mengambil sudut pandang kamera tubuh (body camera).
Dalam game ini, kita berperan sebagai Davin, seorang anak yang bertaruh dengan teman-temannya untuk masuk ke sebuah sekolah TK yang ditinggalkan dan merekam video di sana.
Namun, di dalam sekolah tersebut ada sebuah boneka yang dikutuk dan bisa hidup, serta menyebabkan kejadian-kejadian mengerikan.
Apa yang membuat game Cursed Bet bisa membuat kita ketakutan? Berikut adalah beberapa alasan yang bisa menjawab pertanyaan tersebut:
– Sudut pandang kamera tubuh. Game ini menggunakan sudut pandang kamera tubuh, yaitu kita melihat apa yang dilihat oleh karakter utama melalui kamera yang terpasang di tubuhnya.
Hal ini membuat kita merasa seperti berada di dalam game dan merasakan apa yang dirasakan oleh karakter utama.
Sudut pandang ini juga membuat kita tidak bisa melihat apa yang ada di belakang atau di samping kita, sehingga kita harus selalu waspada dan siap untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga.
– Grafis retro ala PSX. Game ini memiliki grafis retro ala PSX (PlayStation), yaitu grafis dengan resolusi rendah dan tekstur kasar.
Grafis ini memberikan kesan nostalgia sekaligus horor, karena mengingatkan kita pada game-game horor klasik seperti Silent Hill dan Resident Evil.
Grafis ini juga membuat kita tidak bisa melihat detail-detail halus dari objek-objek di dalam game, sehingga kita harus menggunakan imajinasi kita untuk membayangkan apa yang sebenarnya ada di depan mata kita.