Namun, nasib benua Argoland tidak diketahui, hingga baru-baru ini, sebuah tim peneliti dari Universitas Utrecht di Belanda berhasil menemukan bukti-bukti baru tentang perjalanan benua tersebut.
Dengan menggunakan model rekonstruksi komputer dan data kerja lapangan dari beberapa pulau di Asia Tenggara, seperti Sumatra, Kalimantan, dan Kepulauan Andaman, mereka menemukan bahwa benua Argoland bukanlah sebuah benua tunggal yang utuh, melainkan terpecah menjadi banyak pecahan kecil yang disebut sebagai “Argopelago”.
Pecahan-pecahan benua tersebut kemudian bergerak ke arah barat laut, dan akhirnya menetap di wilayah yang sekarang menjadi Indonesia dan Myanmar.
Pecahan-pecahan tersebut kini tersembunyi di bawah permukaan laut atau di dalam kerak bumi.
Para peneliti juga menemukan bahwa perpecahan benua Argoland dipercepat oleh sebuah peristiwa besar sekitar 215 juta tahun yang lalu, yang menyebabkan benua tersebut menjadi sangat terfragmentasi dan sulit dilacak.