Presiden juga memerintahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk menangani kecelakaan ini dengan baik.
“Saya turut berduka cita atas gugurnya empat penerbang TNI AU dalam kecelakaan pesawat Super Tucano di Pasuruan. Saya berharap keluarga korban diberi ketabahan dan kesabaran. Saya juga meminta agar penyelidikan kecelakaan ini dilakukan secara transparan dan akuntabel,” kata Presiden dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Kamis.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo mengatakan bahwa TNI AU akan memberikan bantuan dan perlindungan kepada keluarga korban.
Ia juga mengatakan bahwa TNI AU akan mengevaluasi standar operasional prosedur (SOP) penerbangan untuk mencegah kecelakaan serupa terulang.
“Kami sangat berduka atas musibah ini. Kami akan memberikan hak-hak dan kesejahteraan kepada keluarga korban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kami juga akan melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap SOP penerbangan kami, agar tidak ada lagi korban jiwa akibat kecelakaan pesawat,” ujar Fadjar.
Profil Pesawat Super Tucano
Pesawat Super Tucano adalah pesawat latih tempur yang diproduksi oleh perusahaan Brasil, Embraer.
Pesawat ini memiliki panjang 11,38 meter, lebar sayap 11,14 meter, dan tinggi 3,97 meter.
Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan maksimum 590 km/jam dan jangkauan 1.541 km.
Pesawat ini dilengkapi dengan mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-68C, yang mampu menghasilkan daya 1.600 shp.
Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem avionik modern, seperti head-up display (HUD), multi-function display (MFD), dan hands on throttle and stick (HOTAS).
Pesawat ini dapat membawa berbagai jenis senjata, seperti meriam 12,7 mm, roket 70 mm, bom 250 kg, dan rudal udara-ke-udara AIM-9 Sidewinder.
Pesawat ini dapat digunakan untuk berbagai misi, seperti latihan, pengintaian, penyerangan, dan dukungan udara dekat.
TNI AU memiliki 16 unit pesawat Super Tucano, yang dibeli sejak tahun 2010. Pesawat ini ditempatkan di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh dan Skadron Udara 11 Lanud Roesmin Nurjadin.
Pesawat ini digunakan untuk melatih penerbang pesawat tempur, serta untuk mendukung operasi militer di wilayah perbatasan dan Papua.