Ganjar juga memiliki program kerja yang disebut “satu keluarga miskin satu sarjana”, yang bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.
“Maka salah satu program kerja saya adalah satu keluarga miskin satu sarjana. Dengan program itu, maka SDM di Indonesia khususnya wilayah timur akan unggul, sekaligus untuk memutus rantai kemiskinan di masyarakat. Karena kami yakin, kemiskinan hanya bisa diselesaikan melalui pendidikan,” ujar Ganjar.
Pembangunan Berkelanjutan dengan Memanfaatkan Sumber Daya Alam
Selain pendidikan, Ganjar juga menyoroti pentingnya pembangunan berkelanjutan yang memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Indonesia Timur, seperti mineral, energi baru terbarukan, dan kelautan.
Ganjar mengatakan bahwa selama ini, Indonesia Timur hanya menjadi pemasok SDA mentah yang diekspor ke luar negeri, tanpa mendapatkan nilai tambah yang signifikan.
Untuk mengubah hal itu, Ganjar berencana untuk mengembangkan industri hilir yang dapat mengolah SDA menjadi produk-produk bernilai tinggi, seperti smelter untuk mineral, pembangkit listrik untuk energi baru terbarukan, dan pengolahan hasil laut untuk kelautan.
Ganjar juga ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan SDA, dengan memberikan hak partisipasi, kemitraan, dan keuntungan yang adil.
“Kita harus membangun industri hilir yang dapat memberikan nilai tambah bagi SDA kita, sehingga tidak hanya dijual dalam bentuk mentah saja. Kita juga harus memberdayakan masyarakat lokal yang memiliki hak atas SDA tersebut, dengan memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi, bermitra, dan mendapatkan keuntungan yang layak,” kata Ganjar.
Menjaga Persatuan dan Kesatuan Indonesia
Ganjar juga menegaskan bahwa kampanyenya dari Indonesia Timur bukan berarti mengabaikan wilayah lain di Indonesia, melainkan sebagai upaya untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di seluruh negeri.
Ganjar mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan beragam, yang harus menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan.
“Berbicara Indonesia Timur, Indonesia Tengah, Indonesia Barat nanti akan timpang menimbulkan kecemburaan. Itu akan mengganggu nilai persatuan Indonesia, maka kemudian perlu pemerataan kualitas termasuk kuantitas,” kata Ganjar.
