Indo1.id | Pernyataan kontroversial kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak menjadi seorang nabi, memicu gelombang kritik tajam dari berbagai pihak.
Salah satunya datang dari politisi PDI Perjuangan, Ferdinand Hutahaean, yang menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk kultus individu yang berlebihan dan menyesatkan.
“Ini nalarnya sudah rusak, Dedy Nur Palakka ini. Overkultus dan itu menyesatkan masyarakat,” tegas Ferdinand dalam keterangannya, Jumat (13/6/2025).
Desak Proses Hukum, Bukan Pengultusan
Menurut Ferdinand, alih-alih disanjung seperti nabi, Jokowi justru seharusnya menghadapi proses hukum atas berbagai dugaan pelanggaran selama masa jabatannya sebagai Presiden RI.
“Jokowi itu tidak pantas sebagai seorang nabi, justru seharusnya menghadapi proses hukum karena dianggap patut diduga banyak sekali pelanggaran dan penyimpangan dilakukan,” lanjutnya.
Ia pun menyinggung temuan Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), sebuah lembaga jurnalisme investigatif internasional, yang pernah menyebut nama Jokowi sebagai finalis pemimpin terkorup dunia.
Meski statusnya bukan pemenang, namun masuknya nama Jokowi dalam daftar tersebut dianggap Ferdinand sebagai peringatan serius.
Kritik Tajam Terhadap PSI
Ferdinand juga menilai pernyataan Dedy Nur Palakka mencerminkan kegagalan nalar politik dan etika bernegara.
Ia menyebut PSI sebagai partai yang terlalu membangun citra Jokowi dengan cara yang tidak proporsional, bahkan melampaui batas rasionalitas.
“Saya kira, pernyataan seperti ini justru akan membuat rakyat muak. Ini bukan bentuk apresiasi, tapi sudah masuk wilayah penghinaan terhadap akal sehat,” ujar Ferdinand.