Indo1.id – Terbentuknya koalisi besar untuk mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto (Ganjar-Prabowo) dalam Pilpres 2024 memang menjadi tantangan yang sulit.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Ganjar Pranowo telah dideklarasikan sebagai calon presiden dari PDIP dan PPP, sedangkan Prabowo merupakan capres dari Partai Gerindra.
Namun demikian, koalisi yang menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk oleh PPP, Golkar, dan PAN dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang terdiri dari PKB dan Gerindra, ditambah dengan PDIP masih memungkinkan terjadi mengingat politik adalah seni kemungkinan.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan dalam program Obrolan Malam dengan tema “Menakar Koalisi Besar & Cawapres Ganjar” yang dipandu oleh presenter Fristian Griec di BTV pada Rabu (3/5/2023).
Djayadi awalnya menjelaskan makna pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan enam ketua umum partai politik koalisi pemerintah minus Partai Nasdem di Istana Negara pada Selasa (2/5/2023) malam. Menurut Djayadi, pertemuan tersebut diduga membahas koalisi besar untuk melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi.
Pada awalnya, koalisi besar tersebut terdiri dari lima partai koalisi pemerintah yang bertemu di Kantor DPP PAN pada 2 April 2023. Namun, definisi koalisi besar berubah setelah PDIP dan PPP mendeklarasikan dukungannya terhadap Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
Meskipun demikian, menurut Djayadi, terbentuknya koalisi besar yang mengusung Ganjar-Prabowo masih memungkinkan, walaupun sulit.