Keberadaan kuliner khas serambi Mekah ini tidak lepas dari pengaruh budaya asing. Saat itu, pelabuhan Kerajaan Aceh merupakan salah satu pelabuhan tersibuk yang banyak disinggahi para pedagang asing.
Penyajian Mie Aceh yang menggunakan daging kambing dan sapi, tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai Islam di tanah Aceh. Sedangkan penambahan aneka hewan laut atau seafood di dalam Mie Aceh dipengaruhi terletak geografis Aceh yang dikelilingi oleh lautan.
Perpaduan budaya-budaya ini akhirnya melahirkan Mie Aceh sebagai kuliner khas ibu kota Banda Aceh.
Rumah makan Mie Razali lah yang disebut-sebut sebagai pelopor mie Aceh yang melegenda hingga saat ini.
Mie Razali sudah berjualan sejak tahun 1967.
Meskipun tidak menggunakan nama βmie Acehβ, hidangan mie racikan Razali dikenal masyarakat sebagai pelopor kuliner mie Aceh yang masih bertahan hingga saat ini.